Bagian pertama
Cinta Pertama
Hari ini adalah minggu ketiga di bulan November. Bulan yang sempat
kuragukan kehebatanya. Yang benar saja sudah dua minggu mentari seakan
telah terkalahkan oleh sebuah dilema awan gelap akibat pergantian musim.
Tapi ku rasa aku dapat kembali bersepeda yang telah berminggu minggu
ngangur tampa tuan di sudut rumah. Kembali ku tatap mentari pagi di
teras sambil mengikat simpul tali sepatu penuh noda. Hujan lebat bulan
ini jujur telah membuat ku seakan sekarat untuk keluar ataupun sekedar
melakukan aktifitas.
Ini seperti nafas pertamaku di bulan
November.Mentari cerah pagi ini seakan membawa senyum malaikat di
mataku. Ku rasakan hangat tanganku menjalar keseluruh tubuhku lalu
berdenyut di sela sela urat nadi. Aku seakan hidup kembali melihat
mentari begitu bersemangat. Kembali ku kunyah sebuah roti tanpa selai di
tangan kananku.
Inilah yang namanya mungkin ya......... lebih
pantasnya munkin yang disebut orang ke selera makan datang saat kau
merasakan gairah makan ada di dalam jiwamu bukan di lidahmu . Kali ini
aku tak usah lagi memuntahkannya. Roti ini biasanya bercita rasa hambar
kini berubah menjadi rasa sebuah TUFFEL atau mungkin sebuah omelet yang
di goreng sampai warna nya kuning keemasan.”Enak,benar enak tak di
ragukan",kataku sambil mengangguk pada ibuku.
Ku lihat jam
tangan plastik telah menunjukan pukul 6:15 .Benar memang terlalu pagi
tapi karna aku membawa sepeda ini aku harus berangkat lebih pagi .Takut
takut nanti kendaraan mulai ramai. Jadi kesempatan ku untuk ngebut bisa
bisa jadi sebuah malapetaka .
Ibuku telah di sampingku.Tapi
kakak laki laki ku sepertinya masih tidur di kamar depan. Jadi ku
putuskan untuk berpamitan dengan ibuku saja pagi ini.
***
Ini adalah sekolah ku. Sebuah sekolah elit yang sebenarnya sangat
bertentangan dengan keadaan ekonomi kami. Untung saja aku adalah seorang
murid yang mendapatkan beasiswa sejak pertama kali masuk sekolah ini.
Aku hanya membayar beberapa saja uang buku tapi segala apa iuran tidak
di bebankan padaku. Tapi sayang nya rasanya aku telah salah memilih
sekolah ini.
Pagi ini ,lagi lagi dan selalu lagi lagi aku
pasti berpapasan dengan sebuah mobil volvesilver yang isinya tak lain
adalah seseorang ketua osis sok terhormat yang bernama yudha subhrata.
Ku rasakan perasaan seakan dingin mentari pagi ini telah berubah seperti
petir di pagi buta. Menyambar nyambar,perasaan ku tak karuan kembali ku
kayuh sepedaku menuju gerbang yang sempat ku berhentikan sebentar ini.
Aku berharap Tuhan tak mempertemukanku padanya pagi ini .Ya ..cukup pagi
yang cerah. Aku berdoa pesimis.
Ku kayuh sepedaku semakin
lama semakin cepat tapi sial! Rantai sepadaku putus saking semangatnya.
Aku terhenyak pikiranku tak bisa terfokus kali ini . Aku terpaksa
menenteng sepedaku sampai keparkiran. Ku rasakan bulu kudukku meremang
seperti terpengaruh oleh sebuah hawa buruk.Ternyata benar saat menatap
ke belakang telah tampak seseorang bertubuh tinggi kira kira 178 cm
tersenyum melihatku.Dia keluar dari mobilnya seperti orang mabuk ½
tahun.Dia menatapku heran.
“Hei,Jani !kau butuh bantuanku?”Dia mendekat dengan kata katanya bodohnya.
“Maaf,kak Yudha yang terhormat,tak usah”Aku nyengir
“Oh,ternyata seorang murid beasisiwa masih menolak menerima bantuan,ingat kau hanya murid yang dibantu di sekolah ini”
Emosiku
meledak saat dia merendahkan harga diriku.Ku akui aku benar benar tak
terkendali. Ku mulai dengan kata kata seperti hasutan tapi aku juga tak
tahu di mana asalnya.
“Yudha,serasa aku bodoh mengenalmu,tapi
juga perlu kau ingat aku di sini memang murid beasiswa,dan ku tahu aku
tak punya hak di sini,tapi aku disini bukan lah diundang karna uang
orang tuaku,seharusnya kau tahu siapa kau”Kataku sedikit kejam dan aku
pun beranjak meninggalkanya.
Benar benar membuat emosi
terkuras oleh kisah tak penting ini. Tapi bukan Yudha saja yang
membuatku tak betah sekolah di sini,selain itu ada murid murid yang
selalu merendahkanku,yang menganggapu sebagai itik buruk rupa dan segala
hal bodoh yang telah ku anggap tak penting dalam kisah perjalanan
hidupku.
Ku tinggalkan mulai melangkahkan kaki pada sebuah
gedung kelas yang di sudut atas terletak kata kata kelas 1 A . Sebuah
kelas dengan semua media yang di milikinya. Sebuah komputer beserta
perlengkapanya dan sebuah infokus yang bersandar pada sebuah dinding.
Letaknya di depan kelas yang jauh dari tempat duduku paling belakang.
Isi kelas ini hanya 21 orang yang telah dianggap sebagai siswa unggulan.
Aku berjalan ke belakang menunduk. Sebenarnya tak ada yang membuat
kelas ini begitu menarik buatku. Entah mengapa aku benci mereka semua.
Mereka semua adalah murid unggulan tapi selalu bersikap seakan akan
mereka tak berperikemanusian. Atau mungkin murid dengan mereka memang
selalu melecehkanku,atau lebih pantas di bilang kalau mereka tak pernah
menginginkanku. Hampir semua murid di kelas ini adalah anak gedongan
alias anak kolongmerat semua hanya sedikit saja yang senasip denganku
alias anak kolongmelarat. Dan itupun telah banyak mengundurkan diri atau
mencari sekolah yang sebenarnya tak di inginkan orang tua mereka.
Akhirnya sampai lah aku pada sebuah pemberhentian terakhir .Yang
menurut ku adalah tempat yang nyaman ,tidak madsudku tempat yang paling
terkendali dari segala pengaruh luar yang tidak menguntungkanku. Kumulai
meletakkan sebuah tas penuh jahitan bekas sobekan yang tak mengandung
nilai seni ini.Aku berharap aku dapat duduk di bangku yang hanya aku di
sudut belakang karna hanya aku murid yang terasing disini.Sebenarnya ada
sebuah banku di sebelahku tapi sayang tak berpenghuni.Tapi ini adalah
suatu berkah buatku ,suatu berkah agar aku tak menarik perhatian murid
murid lain saat proses ngajar belajar dimulai.Biarkanlah mereka sibuk
dengan urusan mereka saja itu lebih baik yang penting akuharus bertahan
sebisa ku di sekolah ini.
***
Bel sekolah telah berbunyi.Aku masih santai santai saja duduk di
bangku kesayanganku sambil membaca dan membolak balik sebuah buku
perpustakaan yang dipinjamkan selama 1 tahun sebagai jatah siswa baru di
sekolah ini.Aku senang mereka kali ini tak memperhatikanku.Ataupun
sekedar melirikku.Ku rasa mereka telah sibuk dengan aktifitas terbaru
mereka yaitu bagi yang cewek cewek paling ngerumpi bolak balik ke kelas
lain atau bagi cowok mungkin berkelana mencari cinta sambil mencari
perhatian duduk di bangku teras gedung tingkat 2 ini.
Akhirnya
pak Susno datang .Kulihat langkah kakinya membuat siswa ataupun siswi
terbirit birit duduk di kursi mereka.Mereka seketika duduk dengan
rapi.Tak ada satupun murid berani lagi berkelana di luar area kelas
ini.Entah apa yang di pikirkan mereka kali ini entahlah kurasa mereka
hanya butuh mempersiapkan diri utuk remedial kali ini.
Semua
mata terpana,kali ini pak guru yang terkenal pemarah seakan membawa
seorang malaikat. Raut muka pak Susno tak lagi menunjukan seperti akan
memaki kami lagi.Seakan ada seorang embun penyejuk di kelas kami.
“Edward perkenalkan lah dirimu”kata pak Susno ramah
Siswa itu mengangguk lalu dimulailah perkenalan diri
”Selamat pagi, nama saya Edward Bratayudha,saya siswa pindahan dari
Surabaya,semoga teman teman dapat menerima saya dengan baik”
Mata
siswi dikelasku berkedip kedip ,dasar penyakit lama nya
kambuh,norak,aneh munkin itu hanya persepsiku saja tapi mungkin yang
dianggap mereka wajar wajar saja .Aku sedikit melamun.
“Jani,Edward duduk di sampingmu”pak Susno memanggilku tapi aku masih melamun.
“Jani,Rinjani”pak Susno sedikit mempertinggi nada suaranya
Aku terkejut dan terhenyak
“Ya,iya Pak”
“Bagus,edward duduk lah di sebelah Rinjani.
Semua
mata melotot padaku tapi aku balas dengan tatapan sinis,kelas mulai
ribut,aktifitas membolak balik buku untuk remedi seakan terhenti
memperhatikanku.Tetapi ada seseorang yang ku anggap musuh bernama Siska
menatapku penuh dendam.Tapi entah lah ntah apa yang didendamkannya.
“Baiklah ,baca buku kalian 10 menit lagi kita adakan remedial”
Murid
yang remedi kelihatan sangat kecewa.Mereka buru buru membuka buku cetak
atau catatan dan langsung membacanya.Tapi ada juga sebagian lain yang
berusaha menyalin ringkas untuk jimat yang akan mereka pakai untuk
remedial nanti.Aku tersenyum kecut namanya saja kelas unggulan tapi
masih curang.
Cowok itu duduk di sampingku .Aku menatapnya
sopan,dia malah balik menatapku dengan senyumanya yang sebenarnya sangat
menggodaku.Ku rasakan jantungku mulai bergetar hebat,aku menunduk
sambil memperhatikan buku fisika lalu tak memperhatikanya beberapa saat.
Aromanya menusuk hidungku.Dia begitu harum aku bingung ntah parfum apa
yang di pakainya saat ini.Aku seakan dapat menari di dalam aromanya
“Jani,namamu Jani”suara itu begitu lembut seperti alunan musik surga
“Iya,aku Jani,Rinjani”kataku malu
“Aku Edward,apakah kau remedi biologi saat ini”Dia menyodorkan tanganya untuk menyalamiku.
“Ti,tidak”lidahku terpatah patah
“Oh ,kalau begitu,apakah kau mau menemani ku keliling sekolah saat orang remedi biologi”
Dia
menawarkan aku menjadi jasa seperti tour guidenya,aku senang ini adalah
cowok pertama yang menanggapku seperti ada di sekolah ini.
“Maaf,ku rasa aku tak bisa,sepertinya pak Susno akan memintaku untuk
membantunya saat ini,ya biasanya seperti ini”aku berkilah dengan tawaku
yang di paksakan
“Baiklah”katanya sedikit kecewa
Pak
susno mulai mengeluarkan soal soal mautnya karena soal tersebut memang
sangat sulit dan sangat detail.Tapi untunglah aku tak perlu mempedulikan
soal tersebut.Aku sekarang hanya sibuk dengan beberapa pertanyaan
Edward yang masih mengeluti di pikiranku.
“Jani”
“Iya pak”
“Antarkan ini ke meja guru”
Pak
susno menyerahkan beberapa file filenya tapi map mapnya tebal nya bukan
main.Aku merasa aku harus bolak balik mengantarnya .Tapi sepertinya pak
Susno mengerti keluhanku,untunglah dan dia memanggil 1 siswa lainya.
“Edward,bantulah Jani mengangkat file file ini”Katanya ramah
Edward yag hanya duduk manis sambil memutar pena terhenyak .Lalu semua mata tertuju padanya
“Iya,pak”
Edward
mulai berjalan laksana seorang coverboy yang sedang berjalan pada
sebuah catwalk peragaan busana.Anggun,bukan... berkelas.Jalanya
sempurna.Tak ada cacat sedikit pun yang tentu sangat berbeda sekali
dengan jalanku yang masih seperti jalan anak bebek yang langkah kaki
ngelantur kian kemari.
Aku mulai keluar kelas dan diikuti
10 murid lain yang nasibnya baik yang telah lolos dari ujian yang
susahnya bukan main.Memang ini adalah keahlian pak Susno untuk ujian
pertama tentang seluk beluk biologi sudah membuat muridnya benar benar
kalang kabut.Soalnya berjumlah 70,lima puluh soal pilihan ganda dan 15
isian dan 5 buah esay .Bobot paling tinggi terletak pada soal essay
dengan bobot 20 .Tapi di sinilah nilai siswa banyak yang anjlok karena
pak Susno merasa jawaban anak anak kebanyakan tak berbobot.
Edward mengikuti ku dari belakang ,siswi lain sepertinya lebih acuh tak
acuh padaku tapi sangat tertarik pada sosok si tampan Edward.Tapi murid
laki laki hanya tersenyum sinis saat Edward menyapanya.Munkin inilah
pengajaran hidup sebagaimana kata orang bijak roda kehidupan akan selalu
berputar.ya..begitulah nasip anak cowok lainnya terlebih ji hoo si
ketua kelas yang sebelumnya dianggap paling tampan di kelas ini.
Aku menuruni anak tangga dan tentunya Edward mengikuti dari
belakang.Aku sangat kesusahan karna file ini terlalu berat untuk ku bawa
turun dengan cepat.Aku berjalan dengan terbata bata.Tapi ntah sial apa
yang mengikutiku pagi ini .Aku terpeleset dianak tangga .Tapi dengan
cepat seseorang di belakangku merangkuhku,memegang tanganku.Sekarang ku
mulai rasakan tanganya menyentuh lenganku yang di tutupi lengan
seragamku.Darahku berdenyut .Aku rasa nya seperti akan melayang.Tapi aku
seakan terhempas.Tapi dia seakan buru buru menangkapku.Menyentuh
pundakku dan menahanku dengan ototnya yang kekar.
Aku rasakan
tatapanya ,wajahnya tak jauh dari muka ku ,sangat dekat hanya beberapa
senti saja.Matanya menatap sangat lekat ke mataku bola matanya yang
kecoklatan tak pernah berpaling dari padaku.Aku bingung ada apa
ini?mengapa ini?Kurasa aku telah kehilangan akal sehat.
Cepat
cepat aku membuyarkan semuanya.Ku coba berdiri dengan kembali jongkok
untuk mengemasi file file yang berjatuhan.Aku seakan di hipnotis
beberapa detik ini,berusaha ku bangkitkan kesadaranku.Tiba-tiba dia
depan juga jongkok dan seakan memanggilku.
“Boleh aku bantu”Katanya lembut
“Ti,tidak biar aku saja’’Ucapku berbasa basi
“Ayo,jangan sungkan”
Dia
mulai merapikan file-file ,mengemasi nya tapi aku hanya melongo
memperhatikanya.Ku perhatikan rambutnya ,rambutnya berwarna
kecoklatan.Mungkin pengaruh pigmen yang juga mempengaruhi rasnya.
“Jani,ini”Dia tersenyum dengan file file yang telah dikumpulkanya
“Te..terimakasih”Ucapku
Aku
pun bangkit dan dia pun segera bangkit lalu aku kembali berjalan
menyusuri ruang guru yang letaknya pas di bawah gedung ini.Di tingkat
satu yang tak munkin kulupakan karena aku telah berpengalaman bolak
balik di sini.Pertama ku lihat bu Susi guru sejarah dan kusapa hangat.
“Pagi,Bu!”
“Pagi,Jani,kau bawa teman ke sini,siapa dia?Ibu rasa dia murid baru di sini”
“Iya Bu,ini Edward”
Edward menyalami tangan bu susi .sepertinya Bu Susi sangat suka kepadanya .
“Baiklah,ini dari pak Susno kan ,letakkan saja ke meja pak Susno”Ucap Ibu Susi ramah
“Iya ,Buk”
Aku
dan Edward masuk ke ruang guru. Meja pak Susno tak jauh dari pintu
depan .Meja pak kusno memang sangat berantakan jadi ku putuskan saja
meletaknya di bawah kursi pak Susno yang kosong.Dan akhirnya aku minta
izin pada ibu Susi untuk berpamitan.
***
Aku berjalan ingin menaiki tangga .Tapi seseorang di belakangku memanggilku
“Jani,bukankah kau berjanji mengantarkanku keliling sekolah “Katanya bersemangat.
“A...”aku melongo
Tapi segera aku menjawabnya”Iya ,baiklah”aku segera menuruni satu anak
tangga .Dan aku mulai berbalik dan berjalan ke kiri yaitu kelas 1B
begitu terus sampai kelas 1F.
Perjalanan kami membisu .Tak ada
satupun yang terlontar di mulutku. Sebenarnya aku sadar dia di
belakangku tapi aku terlalu malu mengajaknya berjalan di sampingku.
“Jani”katanya pelan membuat aku berhenti meneruskan langkahku.
“Bolehkah aku berjalan di sampingmu,jalanmu sangat cepat aku sulit menyusulmu”Dia memberitahuku.
“Iya”kataku ragu sekaligus malu.
Sekarang
malaikat tampan telah berjalan di sampingku.Tapi aneh kurasakan
sensasinya luar biasa.Beda sekali jika aku berjalan dengan kakak
lelakiku yang bernama Adrian.Aku akui kakak ku yang tampan itu banyak
penggemarnya termasuk teman satu sekolahku Vero.Tapi saat berjalan di
samping Edward rasanya jantungku mempunyai getaran aneh.Ku pikir mungkin
hanya perasaan kagum saja.
Aku telah melewati kantin.Tapi tak
beberapa orang yang berjalan di sana hanya ada sekelompok siswa maupun
siswi yang cabut atau bolos di jam pelajaran.Tapi siswa yang kebanyakan
aku lihat adalah anak kelas 2 ipa D.aku rasa mereka sedang belajar
dengan ibu Fatma yang menurut mereka guru itu sedikit error atau istilah
kerenya mesin rusak.Tapi apalah sebenarnya tak perlu ku pikirkan.
Sebenarnya perjalanan kami sedikit tersendat sendat oleh sedikit
banyaknya siswi yang ingin berkenalan dengan Edward.Tapi tak terlalu ku
pedulikan .Tak ku beranikan diri ku untuk jalan beriringan dan
kupercepat langkahku.Sampai pada akhirnya Edward juga mengejarku dari
belakang.
Kami melanjutkan ke kelas 2 ipa A yang masih
belajar.Maklum saja ini masih jam pelajaran.Jadi tak ada aktifitas yang
terlalu mencolok .Dan aku terkejut saat berada di kelas 2 ipa C.Kelas
ipa yang isinya paling ku kenal anak terkolongmerat dari beberapa
kolongmerat.Dan yang paling terkenal kalau bukan si Yudha.
Sebenarnya aku sangat takut berjalan di kelas ini aku merasakan ada
sesuatu yang tidak beres di sini ,kutatap jalan tak pernah melengah
sekali pun.Edward pun seperti tak mempedulikanku. Dia hanya asik
memperhatikan sekelilingnya.Tak lebih dari itu.Dan inilah saat nya pintu
yang tebuka lebar ,didepan sana duduk seorang guru yang bernama ibu
Aminah.Dan paling sudut depan duduk seorang ketua kelas sekaligus ketua
osis yang merupakan manusia setengah siluman pikirku.
Sekarang
Edward menatapku ragu.Ku tahu dia memperhatikanku.Aku hanya berjalan
menunduk .Aku takut jika seisi kelas menertawakanku .Kelas ini nomor 1
bandel tiada tandingannya.Namanya saja kelas ipa tapi sebenarnya mereka
disini karena para orang tua mereka yang berduit.Itulah persepsiku.
Inilah saatnya ku percepat jalanku.Aku tatap mata edward ,lalu aku
berbisik kita lari .Edward mengikuti saranku ,tapi anehnya Edward
memegang tanganku seperti seorang anak yang takut di tinggal ibunya tapi
tak terlalu ku pedulikan itu.Yang penting semakin jauh aku pergi maka
semakin jauh pula kesialan yang akan menderaku.
Nafasku
kembang kempis,aku berhenti pada pembehentian terakhir yang kurang 10
meter lagi ke kelasku tentunya setelah melewati perbelokan ini.Aku
seperti orang ke habisan akal,atau mungkin kehilangan urat malu karena
suatu urusan mendadak.Tapi tak ku ingat apa apa dan Edward pun
melepaskan genggamannya dari tanganku dan aku pun memperhatikanya
“Maaf”katanya dan aku tahu apa madsudnya
“O...iya”
“Jani,apa kau ini pelari mengapa larimu bisa secepat itu”Dia masih terengah-engah.
“Tentu saja tidak,ya tidak! kalau pelari amatiran, mungkin!”
“Amatiran?”
“Ya,tentu saja!Ayo kita kekelas”Ku berusaha mengalihkan pembicaraan.
Aku berbalik .
“Jani tunggu,hapuslah keringatmu dulu”
Aku kembali berhadapan denganya .
“Ya ,Terima kasih”Aku mengambil sapu tangan yang di sodorkanya padaku.
Aku
mulai menghapus keringatku,terlebih di atas keningku,sekarang ku sadar
keringatku bercucuran dan berapa luasnya sekolah ini.Sejak tadi aku
padahal telah mengambil jalan pintas dan tentunya lebih lengang supaya
tak terjadi gossip atau biang-biang masalah lainnya .
“Makasih”Aku menyodorkan sapu tangan kepadanya dan beranjak akan meninggalkanya.
“Tunggu,kau meninggalkan sesuatu!”
Aku kembali berbalik.
“Apa”
“Terima kasih untuk hari ini”
“Hari ini?ku rasa aku tak berbuat apa-apa untukmu”
“Atas jalan-jalannya “Katanya riang
Aku tersenyum “Ayo kita ke kelas”
Dia mendahului ku tanda setuju.
***
Sampai di kelas ,hari hariku berjalan seperti biasanya ,tak ada yag
menonjol sejak Edward pulang lebih dahulu dari tadi.Katanya ada urusan
keluarga yang mengharuskanya untuk pulang.Aku tak terlalu mempedulikanya
sampai jam bel pulang berbunyi.
“Sial,hujan”Aku bergegas keluar dari kelas setelah pelajaran Bu Susi selesai.
Langkahku pasti,seperti sopir angkot kejar setoran.Aku berlari di
jenjang menerobos murid lain yang juga inginpulang.Beberapa lainya
memperhatikanku dengan sinis tapi yang lain tampaknya lebih acuh tak
acuh. Aku easy going saja kalau telah terbiasa ya.... tak terlalu
membuat mental ku ciut.
Akhirnya sampai juga pada lantai dasar tapi hujan semakin lebat terpaksa aku harus menunggu sangat lebat.aku benci ini.
“Rinjani,kau butuh bantuanku”Suara itu datag tepat di sebelahku
“Kau,apa maumu?apa kau ingin ku pukuli,kalau tidak jangan ganggu aku sekarang”Kataku berteriak
Semua siswa yang menunggu sepertiku memperhatikanku.Tapi raut muka mereka seperti tak percaya.
Salah satu suara itu datang dari seseorang murid yang kukenali
.Berambut ikal sebahu,dengan gaya yang menurutku sangat
mencolok,berbibir seksi,tubuhnya 5 kaki lebih 12 senti,kalau kata
katanya tak berbobot dan tak berkualitas tapi yang paling ku benci
darinya gaya sumringahnya.
“Rinjani,berani sekali kau melawan kak Yudha ,apa kau tahu dia siapa”Siska menatapku
Yudha yang tahu dia di bela, hanya diam saja.
Aku diam .Sebenarnya aku tak punya nyali untuk melawanya .Tapi yang ku pikirkan adalah bagaimana aku pergi darinya.
“Rinjani,kita pergi”Yudha membuka suara
“Apa?”
Tak sempat aku bertanya .Dia menggemgam lenganku.Dan membawaku pergi dari tempat itu.
***
“Rinjani,masuklah”Dia membukakan pintu mobil .
“Kau mau membawaku kemana,aku bisa pulang sendiri kau kira aku tak punya kaki”
“Dasar bodoh,apa kau mau berjalan saat hujan selebat ini”
“Tapi aku bisa menunggu nya ,kau kira aku akan mati karna hujan”
“Masuk saja”kali ini mendorongku masuk kedalam sampai aku terduduk di kursi kanan depan
Dengan cepat dia menutup pintu.Lalu dia membuka pintu kiri dan di bawa nya mobil itu dengan cepat.
“yuda,kau mau membawaku kemana?”
“Apa kau takut?”
“Tentu saja tidak ,tapi jika aku tersesat bagaimana”
“Tenang saja,aku lebih berpengalaman dari padamu”
“Ayo kau ingin membawaku kemana”
Dengan cepat dia membelokan mobilnya pada jalanan gang rumahku.Akhirnya kicauanku berhenti.
“Rinjani,siapa pria yang didekatmu tadi?”Dia geram
“Ada apa denganmu ,aku tak mengerti madsudmu,sejak kapan kau mempedulikan urusanku?”
“Rinjani,jawab aku!”
“Apa maumu,belum puaskah kau menghancurkan hidupku di sekolah ,sekarang kau mau menghancurkan hidup nya kah?”
“Apa madsudmu?”
“Diam,jangan berpura pura tak mengerti!”
“Jadi selama ini kau berpikir aku menghancurkan hidupmu kah?apa kau
berpikir kalau akulah yang mempunyai madsud sekejam itu”Air mata nya
menetes.
“Jangan sok suci !Aku tahu siapa kau,aku telah menganggapmu musuhku tak lebih jadi jangan berlagak malaikat didepanku”
“Kau tahu kau telah melupakan sesuatu Rinjani”
“jadi kau ingin aku mengingat diriku Rnjani,aku bukan lah Anjani kau
mengerti,dan aku ingin ini adalah terakhir kalinya kau memanggilku
Anjani,aku benci dengan segala yang berhubungan dengan Anjani termasuk
kau”
Dia masih tetap saja meteteskan benih kristal cair dimatanya.
“Bagaimana dengan ini ,kau ingat”Dia memberikan foto masa kecilnya dengan seseorang bocah yang dia anggap itu adalah aku.
“Tidak ,aku muak dengan semua ini”Aku membuka pintu mobilnya dan ku lihat dia menekur dan membiarkan ku pergi begitu saja.
***
Malamnya selesai menolong ibuku berjualan dilapaknya aku duduk
disebuah kursi tua membuka buku Bahasa Indonesia.Aku mendengar suara
derikan pintu dari luar dan kutahu pasti kak Adrian lah yang membukanya
.Aku memperhatikan kakak ku dan tersenyum melihatnya.
“Kakak,belum tidurkah?”
“Belum,apa yang sedang adikku kerjakan”Katanya dengan nada bercanda.
“Tidak,aku tak mengerjakan apa-apa.kakak tak belajar?”sambil menutup buku itu.
“Aku bosan,Apa kau ingin melakukan sesuatu malam ini”
“Tentu,apa hari ini gelap kalau tidak aku ingin ke luar untuk melihat bintang dilangit”
“dasar anak ingusan ,telah besar hobinya masih seperti anak anak,Ayo keluar!" kakak menyentuh kepalaku.
Aku mengikuti kakak dari belakang dan mengendap ngendap agar ibuku yang terlelap tak mengetahuinya.
Halaman belakang rumah kami,adalah sebuah tempat yang paling
mengesankan buatku.Walaupun jaraknya cukup jauh dari pusat kota tapi
menurutku ini adalah tempat yang dapat memaknai arti kehidupan.Diluar
sana terbentang sebuah padang rumput dengan rumput kering jika kemarau
atau malah subur pada musim penghujan pada saat sekarang ini.
“Jani,apa kau punya masalah,mengapa malam malam begini kau mengajakku melihat bintang”
“Menurut kakak bagaimana”
“Menurut aku iya,apa kau bertemu dengan orang gila di emperan jalan lagi”
“Menurutku aku bertemu dengan oang yang membuat ku benar-benar gila kali ini”
“Gila?madsudmu,ada orang yang membuatmu tergila gila?”
“Bukan kali ini dua kata yang terpisah,aku yang tergila gila dan seseorang yang ku anggap benar benar gila”
“Berarti dugaan ku benar,berarti besok pagi rinjani harus memberikan ku hadiah”
“Hadiah?madsudmu?”
“Kau masih ingat pasal 13 dalam permainan tela tekiku”
“Tidak aku tak mau lagi bermain teka teki itu lagi,tapi yang sekarang bukan teka teki tapi hanya pendapat “
Setelah bahasa kakakku tadi aku diam ,untunglah perang antar dua kubi
kini tak lagi pecah.Aku akui aku ini orang nya seperti meriam yang di
letakkan di benteng.Emosi ku mudah meledak walaupun di pancing dengan
hal-hal sepele sekalipun .
***
Malam ini aku bisa sedikit melepaskan semuanya ,rasa kesal ,kagum atau
mungkin ini yang di sebut dengan cinta .Aku pikir biarlah angin larut
malam yang membawanya bersama badai di pesisir.Aku nyaman dengan angin
bahkan beberapa lukisan bintang yang bertaburan abstrak yang formasinya
sulit ku tebak.aku perhatikan Adrian sangat asik memainkan rumput basah
liar yang sebenarnya masih hijau.
“Kak,apa yang terpikir kan olehmu tentang bintang”
“Kalau aku mengingat itu ,aku mengingat mu!“
“Mengingatku,dasar bodoh,pemikiran mu itu simpel dan bodoh sekali,mana
bisa kau mengingatku saat melihat bintang ,aku dan bintang tentu sangat
jauh sekali”
"Ntah lah ,mengapa aku bisa berfikir begitu,ya sudah aku salah!”
“Bagus ,kau mengalah juga ,sekarang giliranmu yang menanyakan nya padaku!”
“Tidak ,aku tidak mau!”Kepalanya menggeleng dengan tanganya yang masih tertopang.
“Ayo tanyakan ,atau besok kau akan...”Aku mengancam.
“Akan apa?”
“Tidak ,tidak apa apa “
Aku kehabisan kata kata. Kalau di ancam dengan kata apapun menurutku tidak mempan lagi untuk Adrian.
“Kakak,aku masuk dulu ,kau tdak seru ,menyebalkan,dasar bodoh”Aku bangkit dari duduk ku.
“Apa?kau yang bodoh,bukan Aku?”
Adrian
berusaha mendahului langkahku.Tapi aku menghalang halanginya .Ku pikir
ini seru,sangat seru malahan jalanan sempit pintu belakang membuatku
dapat mempersempit jalan dengan mudah .Adrian tak mau kalah .Tubuhnya
yang tinggi membuatku seakan begitu pendek ,tapi aku tak mau kalah ,ku
pasang tampang sinis menatapnya.
“Apa lagi?”kataku
“Apanya yang apa lagi”Katanya tanpa muka bersalah
Adrian
tersenyum licik,menatapku jauh lebih dalam dari tatapan edward tadi
siang.Tapi ku tatap dia dengan tatapan malah lebih dari
menjengkelkan.Tapi senyumnya mengambang tertarik dari bibirnya yang
tipis.Matanya seakan mempelototiku.Matanya yang bulat bersinar,wajahnya
yang tirus lengkung memancarkan sinar merah seperti orang yang jatuh
cinta.Tak seperti biasanya.
“Kakak,jangan tersenyum lagi!”
“Kau terpesona kah?”
“Terpesona?kau tak sesuai dengan tipeku,dan sekarang berhentilah tersenyum”
Aku berjalan menjauhi adrian tapi langkah kakinya tepat di belakangku.Ku buka pintu kamar.Tapi Adrian malah masuk duluan.
“Sekarang apa lagi”
“Kau ini,sampai kapan kau akan berubah jadi dewasa,masih seperti
dulu,lukisan di dinding mu masih bergambarkan spongebob squarepands,dan
ini apa ini”dia menunjuk ke tokoh kartun kesayangan ku;doraemon
“Kak,sejak kapan kau mempedulikan ini,kalau tak punya urusan lagi
lebih baik keluar atau aku akan memukulmu dengan raket pembasmi serangga
biar kau masuk UGD malam ini juga”ancamku
“Coba saja,Rinjani
kau masih seperti anak TK ,aku tak pernah berfikir kapan adikku ini bisa
jatuh cinta ,atau tertarik dengan lelaki”
“Kakak,inilah saatnya ,aku baru ingat apa yang ingin ku katakan akhirnya kau mengatakan itu juga padaku”
“Soal jatuh cintakah?”katanya dengan mimik penasaran.
“Mungkin,kali ini soal laki laki,tapi kau harus jawab dulu
pertanyaanku apakah kau bisa menjadi guru konsultasi ku soal cinta”
“Tergantung...”Katanya ragu ragu
“Iya atau tidak,kalau tidak nggak jadi”Kataku sedikit membangkang
“iya ,pelankan dulu suaramu,atau kau ingin ibu memukul kita sampai kau dan aku membiru”
Dia menutup mulutku dengan pelan dengan tanganya yang hangat.Dan melepaskanya saat aku mulai menatapnya jengkel.
“Soal cinta ,apa kau jatuh cinta”katanya pelan
“Iya,begitulah yang kurasakan”
“Apa kau merasakan jantungmu berdetak ketika didekatnya atau merasakan
pipimu memerah saat menatapnya”Katanya mengangkat alis mata penasaran.
“Iya,Apa itu cinta?”
“Benar kau jatuh cinta,tapi pada siapa?”matanya terkejam pelan
***
Suara tarikan pintu,mengoyakan tatapan Adrian yang penasaran.Pandangan
kami tertuju pada sebuah sosok yang telah tua yang sangat kami
takuti.kalau di ibaratkan di rumah ini ada nyonya besar yang menerapkan
tepatnya 50 peraturan berbelit belit diantaranya larangan berkelana
malam hari ke kamar siapa pun juga.Itu artinya kami telah melanggar
salah satu peraturan.Wajahku memucat,Adrian menggenggam tangan
kananku.Aku tak tahu apalagi yang harus aku lakukan.
“Rinjani ,Adrian ,keluar dari kamar ini segera”Wanita itu memperkeras nada suaranya .
Aku dan Adrian keluar dengan menunduk tak ada satu kata pun terucap
dari mulut kami .Aku masih mengikuti alur pergerakan ibu kami yang
mengawal dari belakang.Dan inilah saatnya.Sebuah kamar mandi 4x2
berlantai ubin tua dengan sebuah bak besar yang menghubungkan
sisinya.aku dan adrian disuruh duduk jongkok menghadap bak besar itu
“Sekarang mau di ulangi lagi”Katanya berang dengan menyiramkan air dingin keatas kepala kami
“Tidak”kata adrian pelan
Aku membangkang.
”Ibu,aku tak setuju dengan peraturan yang itu ,apa salahnya jika
bertandang ke kamar saudara jika malam hari,lagi pula Adrian adalah
kakak ku,mengapa kau membuat peraturan yang tidak berdasar seperti itu”
Munkin karna tahu aku membangkang ,ibuku semakin menyiramku dengan air dingin sampai badanku semua seakan membeku seperti es.
“Dasar anak bodoh,tidak boleh ya tidak boleh,kau tau aturan tidak sih?”
“Aku tak menyetujuinya"
“Rinjani ,sudahlah!”Bisik Adrian pelan ke telinga ku
Wanita itu seakan membaca lagak suara Adrian.
“Ada lagi?”
“Ada,hentikan ini sekarang,kau tak perlu memperlakukan ku seperti ini”
Laksana meriam di bakar berpeluru ,wanita itu menarikku membawaku ke
luar dengan kasar.lenganku di tarik kasar.Dan melepaskanku tepat didepan
gudang.Di bukanya pintu ditariknya aku pelan pelan.Terhempaslah aku
pada barang rongsokan bekas dan beruntungnya aku terduduk diatas kasur
kapuk bekas.
Dengan cepat ,tertutuplah pintu gudang dan
kuncinya kudengar telah berputar putar sekian derajat yang artinya aku
akan abadi di sini sampai pagi menjelang. Aku menggigil. Untung saja
gudang ini tidak gelap karena ada cahaya lampu lima watt yang
meneranginya.Jadi aku tak perlu meraung raung atau meronta ronta
seperti anak kecil ke habisan permen.Sekurang kurangnya itu adalah
sedikit keberuntungan yang terletak di tengah tengah kesialan.
“Sial” ,besitku perlahan,kupengangi bajuku erat erat.Bajuku basah
semua,malam ini ternyata cukup dingin untuk berselimut dalam
kelembapan.Aku menggigil.Gigiku menggeretak semakin lama frekuensinya
semakin cepat.Hawa dingin serasa menjalar keseluruh tubuhku.Kali ini tak
ada satupun yang bisa aku lakukan.
***
“Rinjani,apa kau di dalam?"
Telingaku masih dapat mendengar ketukan pintu .Aku mengenali logat suara itu.Ku mulai beranjak.
“Iya,aku masih di dalam”
“Tenang lah di situ ,aku akan cari pertolongan untukmu!”
Dengan
seketika suara itu lenyap dan berubah dengan langkah kaki pelan
beranjak meninggalkan gudang.Aku termanggu,ntah apa yang akan
dilakukanya kali ini.
Tak lama langkah itu akhirnya kembali
dengan suara ayunan kunci yang getaran logamnya terdengar sampai ke
dalam.Aku kuatir apa yang tengah dilakukannya.
Dengan seketika
logam itu mengait anak kunci yang telah terpasang.Nafasku pelan ,aku
sepertinya akan selamat.Tak lama kemudian pintu terbuka lebar.
“Jani,maafkan aku,jika aku tidak masuk kekamarmu ini tidak akan terjadi”katanya pelan
Dia
merangkuhku yang duduk pasi dengan kedua tanganku yang masih memegangi
kedua lenganku.Tubuhnya yang tegap kekar memelukkku erat.Aku sempat
kehabisan nafas saking eratnya pelukannya .Sampai akhirnya aku beranjak
melepaskanya.
“Kakak,aku tidak apa apa,jadi tak perlu minta
maaf atau memelukku seerat itu”Kataku sambil mengulum bibirku yang
menggigil kedinginan.
“Apa benar?Badanmu dingin Rinjani,apa kau menggigil?”Nada suaranya cemas
“Tidak,sudahlah !Tinggalkan aku ,aku bisa mengurus diriku sediri,jadi tak usah kuatir atau mencemaskanku”
“Ku mohon kali ini saja kau dengarkan ucapanku,cukup 1 kali ini
saja,ku tahu kau kesal padaku karna seharusnya aku yang seperti ini
bukan kau!”
“Adrian,jangan bertingkah seperti orang bodoh lagi
,ini bukan salahmu sama sekali bukan salahmu!kau mengerti?ini adalah
kemauanku karna aku benci kalau ibu selalu memperlakukan aku seperti
ini”
“Tidak,yang penting aku harus mengeluarkan kau dari sini bagaimanapun caranya”Katanya mempertahankan argumennya.
“Coba saja,kalau kau bisa ,aku tak yakin kau bisa,yang kau bisa hanya
berdiam diri hanya menerima takdirmu,kau tak akanpernah sekalipun
membentak pada ibu walaupun kau telah di pukuli sampai badan mu membiru”
"Kau benar ,tapi aku akan melakukanya kali ini!”alisnya terangkat ke atas
Dia
beranjak dari posisi semula kini dia telah tiba di sejajar kunsen
pintu.Dia melanjutkan langkahnya setelah itu aku tak tahu kemana dia
pergi.
***
“Selesai,ayo keluar ganti bajumu,dan tidurlah di kamar mu”katanya dengan wajah tersenyum lebar
“Selesai,benarkah,aku tak yakin mental kerupuk seperti mu bisa mengalahkan ibu”Kataku tak percaya.
"Apa aku perlu ,menanyakan nya 1 kali lagi”katanya sumbringah.
“Ayo tanyakan”kataku menantang.
Ternyata
dia benar benar menanyakannya.dia berteriak dengan lantang .Dan
pastinya suara yang di panggil menjawabnya dan menyatakan tanda
setuju.Sekarang kakak telah menjelma menjadi pengacara yang
membebaskanku dari segala tuntutan jaksa.Aku senang bukan kepalang
“Ternyata kau benar benar bisa diandalakan”Senyumku tersungging di bibirku
“Siapa dulu,adrian!”katanya sambil menaikan keatas kerah bajunya
“Baiklah,aku akan keluar dari sini,aku kekamar dulu”aku bangkit dari dudukku
“Tapi,tukarlah bajumu dulu!”
“Iya,tentu saja ,sejak kapan sih kau jadi cerewet seperti ini”
Dia tersenyum .Tanganya mengusap ngusap kepalaku.Aku tersenyum kecil sampai dia mengedipkan matanya kearahku.
@@@
tambahin lagi dong isi blog nya
ReplyDeletedi tunggu part 2 nya ya.....
ReplyDeleteea oke oke
ReplyDelete™