H4L4man™

Tuesday, February 7, 2012

Cintanya Kadaluarsa

"Sudahlah hidup tak akan berhenti sampai di sini. Mengapa kau menangisinya, apa dia pernah menangisimu?. Lebih baik buka lembaran hidupmu yang baru. Katakan dalam hatimu bahwa kau bisa. Ingat lelaki di dunia ini tak hanya dia seorang.Sekarang anggap saja dia bukan jodohmu”
    “Tapi,aku mencintai dia ibu?”Aku merengek
    “Kau terlampau lugu untuk mencintai,lupakan saja dia,bereskan”
    “Tapi ibu”
    “Ibu tak punya kekuatan untuk membalikan takdirmu nak,kalau ibu punya kekuatan untuk itu pastilah ibu akan menyuruh bapakmu lompat dari kubur agar dia hidup lagi”Ibu mengusap kepalaku dengan air mataku masih membasahi pipiku yang sembab.Aku tenang mulutku tak ngomel lagi .Saat itu umurku masih 16 tahunan.Laki laki itu benar benar telah membuatku jauh lebih gila dari pada orang gila.Pikiranya sulit di tebak dan sulit dipecahkan.
                                ***  
    Kenangan cinta pertama,16 tahun,Adrian,aku sudah lupa.Tak ada yang dapat membangkitkan memoriku.Hanya saja diari merah jambu yang terbengkalai di rak buku usang berdebu. Itu pun kalau ada setan nyasar yang menggerogoti otakku untuk membuka gudang lantai 2 rumah kami.
    Sekarang inilah aku,4 tahun kemudian setelah luka cinta pertama.Hidupku berubah 180 derajat. Hidupku dan ibuku berubah total. Kami tak tinggal di rumah kontrakan yang sangat sederhana itu. Dan tentunya tampa ada lagi yang namanya daerah pinggiran yang rawan terjadi nya proses gusur menggusur. Sekarang hidupku telah berubah total setelah datangnya laki laki lima puluh tahun yang bernama trisno;ayah baruku.
    “Aku butuh rumus,cara menaklukan laki laki,pak”kataku pada Pak Rahmad dosen matematika.
    Semua tertawa. Pak rahmad tersenyum simpul tapi aku tak tahu madsud dari senyumannya.
    “Apa ananda?ini bukan kelas psikologi,kalau ingin belajar cinta sebaiknya ke maikel rose ahli cinta”kata PaK Rahmad menjawab mengejek.
    Pak rahmad tersenyum . Dosen killer yang tak pernah kulihat tertawa itu akhirnya tertawa. Keajaiban!
    “Bukan mikel rose pak,tapi mike rose?”kataku ke pak ahmad seolah olah ingin menertawakan dia kembali.
    Untuk ke 2 kalinya kelas semarak . Para mahasiswa tertawa sampai terbahak bahak,kini pasti yang ingin mereka tertawakan adalah Pak Rahmad.
    “Rinjani,sekarang keluarlah”Nada Pak suara Rahmad mengeras,matanya melotot,tentu saja aku terkejut.
    “Iya pak”Aku beranjak pergi dan tentunya tampa tampang rasa bersalah.
    Aku berguman pelan ,"bagaimana ya cara dapat cowok hitungan nya 1 bulan ini,31 hari tepatnya". Aku dongkol pada ibu atau ayah baruku yang ngotot menjodohkan ku. Ini adalah semester ke 8 ,kalau tak ada masalah,aku akan menamatkan studi S1 jurusan matematika. Gawatnya lagi tadi siang tadi aku ambil keputusan bodoh seakan ingin melecehkan harga diri Pak Rahmad sebagai dosen. Bagaimana  kalau Pak Rahmad mengubah nilaiku jadi E ?.
    “Ibu ,pokoknya aku tidak mau,titik?”Kataku di sela sela makan malam.
    “Nggak mau apanya coba?”
    “Di jodohin,ini bukan zamanya Siti Nur Baya lagi ibu”
    “Ayahmu berbuat seperti itu kan ingin merubah sikap mu yang kekanakan itu”
    “tapi,aku melakukanya bukan tampa alasan aku benar benar benci dengan mereka,aku ingin mereka merasakan apa yang aku rasakan dulu ibu?”
    “Nak dendam itu dilarang dalam agama  kita.Kalau itu madsud dari semuanya ibu tak akan mengizinKan lagi ke kelas karate”
Ancaman pertama
    “Aku tidak mau ibu selalu seperti itu ,karna ibu tak pernah merasakan apa yang aku rasakan”Serangan dari ancaman pertama,makannya ku sudahi aku beranjak dengan nasi yang masih teronggok di piring.
    Aku tahu ibu menyusuriku ke kamar menyuruhkan aku melanjutkan makan. Tapi sigap pula aku megunci pintu dan menghempaskan tubuhku di kasur empuk sedikit berantakan. Ibu menggedor gedor pintuku, tapi aku beralih untuk menutupi diri dengan selimut.
    Benar benar berubah 180 derajat tak ada yang sama dengan diriku ,Aku tak cengeng lagi tak bakalan nangis lagi walaupun hidupku lebih berantakan dari yang lalu. Hidupku seakan berada dalam kutup yang berbeda,hidup dengan dendam yang masih tersangkut dalam hatiku. Aku berubah menjadi wanita setengah laki laki . Aku merasa bahagia tapi yang tak akan berubah aku tetap tak punya teman kecuali ada di kelas karate yang lainya hanya musuh bebuyutan.Tak lebih!
    Aku benar benar benci dengan gaya cengengesan orang kaya.Aku akui aku tak lebih dari seorang yang berkenan berkenalan dengan dewi fortuna. Aku kuliah milik yayasan milik keluargaku sendiri. Punya mobil sendiri. Apa yang aku mau ayah akan sigap mengantarkannya padaku. Ayah amat menyayangiku dan aku tahu itu.
    Tapi kalau masalah perjodohan ini sebenarnya aku tak berani  menentang Ayah secara terang terangan .Aku berusaha saja mengaminkanya. Aku tak berani membuat ayah kecewa. Kurasa ayah cukup kecewa sikapku yang sering membuat ayah seakan jadi teroran rektor universitas.Tapi dengan lembut Ayah berkata”Ayah tahu bagaimana kau dulu,tapi jangan ulangi lagi ya?”
    Benar benar baik.Ayah bahkan lebih mengerti aku dari pada ibu kandung ku sendiri. Walaupun sangat keterlaluan menghajar musuhku sewaktu sma tapi ayah dapat memakluminya.
    Aku terlalu menderita dengan ini. Hidup ku mulai berubah menjadi sepertiku sebenarnya tak ada lagi musuh. Aku tahu orang sepertiku sebenarnya tak pantas mencari musuh kerjaku sebenarnya cukup mensyukuri tak perlu mengungkap masa lalu yang kelam.
    Tapi bayangan penerorku.Aku ingat bagaimana  teman teman ku melecehkanku saat SMA. Aku hanya seperti anak ayam yang tersesat ke sarang ke kandang srigala. Bersekolah dalam sekolah elit. Bulan bulanan SMA.aku paling tahu bertetes air mata telah ku persembahkan sebelum aku menyuruh ayah menyuruh membeli asset sekolah dan mejadikanya sekolah bagi siswa kurang mampu. Dan sekali lagi ayah melaksanakanya.
    Sekarang,Tak ada lagi sekolah  yang membuatku tersesat dengan uang beasiswa menari nari tapi semakin mendorongku ke neraka. Tak ada lagi saat aku hidup dengan duda tampa anak itu  permintaaan pertamaku saat ayah menikahi ibu. Yang sekarang hanya srigala kecil ompong yang gayanya sok berkuasa tapi itu dulu. Tak akan ada yang meludah dekatku seperti aku najis atau cewek yang mempermalukanku.
    “Aku akan menghancurkan mereka semua”Ucapku dingin pada ayah,tapi ayah memaklumiku
    “Iya,ayah tahu”kata ayah
    “Tapi,ada lagi ayah?”
    “Apa?"ucap ayah.
    "Aku ingin ayah membeli asset perusahan subroto milik ayah nya remi yah”
    “Tapi mengapa?”
    “Aku ingin menghancurkan orang itu sampai ke akar-akarnya,ini kesempatan baik juga untuk ayah mengembangan perusahan ayah dan membuka lahan ayah”ucapku tatapanku masih dingin
    “Tapi kau membawa ayah Remi lebih jauh ikut terlibat”
    “Dia memang terlibat yah,dia lah pemilik sekolah itu,dialah mausia yang menggusur rumah kami dan menjadikan apartemen dan bagusnya sekarang bisnisnya tersendat,pokoknya aku ingin ayah yang melakukanya”
    “Sebegitu kah?”ayah mengulum bibir aku masih menatap pelan ke luar jendela tak memperhatikan ayah.
    Pertemuan pertama dengan manusia laksana jin pembawa lampu ajaib.Ibuku lah yang memberikanya padaku. Aku rasa aku tak perlu menggosok nya alias tak perlu cari muka dulu kalau aku membutuhkanya. Ayah akan selalu ada untuk ku.
                                ***
    Pagi yang cerah. Yang pastinya tak ada setetes pun hujan semalam. Mentari pagi masuk melalui celah jendela kamar yang sedikit di halangi pilar besar penopang rumah kami di bagian muka. Aku bangkit dari tidurku . Aku tahu kalau sejak dari tadi aku telah di bangunkan oleh beberapa kali bunyi jam beker. Tapi aku sengaja telat karna hari ini hari minggu.
    “Non.bangun non ada den Fandi dibawah “kata Bi Surti menggedor gedor kamarku.
Aku terkejut,aku perhatikan sekali lagi jam dinding."Apa jam sepuluh!".
    “Iya iya! suruh kak fandi nunggu ,aku mandi dulu”
Aku beranjak kekamar mandi,gawat...aku ngaret,janjinya tadi jam 9.Mungkin senior karate ku itu nggak tahan nunggu di taman pemuda kira kira 200 meter dari rumah ku. Pasti dia mutusin untuk menjemputku ke rumah.
    Selesai mandi dan mengganti baju aku memutuskan untuk turun ke bawah alias lantai satu. Ku bahkan sedikit berlari.
Yang benar saja pria tangguh itu ternyata telah duduk di ruang tamu dan berbicara pada ayah.Aku berjalan menuju tangga. Mendengar suara dari tangga pria tampan itu menoleh sambil memperhatikan jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Ayah juga memperhatikanku
    “Pagi yah,pagi kak”ucapku berbasa basi  
    “Pagi Jani, kenapa kau terlambat sekali ,temanmu oh bukan seniormu sudah 1 jam lebih menunggumu”tutur ayah.
    “Maaf Kak,ayo Kak”ucapku pada fandi
    “Ya, om kami pergi dulu”fandi menatap ayah akrap dan menyalami tangan ayah.
    “Yah,aku pergi dulu”aku beranjak keluar
    “Jani,kau tak makan dulu?”
    “Nggak usah!"aku menjawab dari teras dan lalu pergi.
    Aku menaiki mobil toyota rush milik fandi. Dia sengaja membukakan pintu kanan depan untukku.Aku tak protes memang inlah kebiasaanya setiap ada orang yang menaiki mobilnya.
    Fandi menyalakan mesin mobilnya. Tangan tangan nya yang kekar,mengendalikan stir dengan seketika mobil berjalan dengan laju 30kilo meter per jam.Tak terlalu ngebut.
    “Jani,masalah apa yang ingin kau bicarakan?”katanya
    “Oh!kakak ku mohon bantulah aku,aku tahu kakak punya banyak teman cowok.Jadi intinya aku ingin dapat pacar dalam waktu satu bulan ini kak”ucapku memelas
    “Apa pacar,sejak kapan anjani menginginkan pacar,bukan kah kau ingin membuat ayah dan ibumu bahagia sebelum kau punya pacar”ucapnya masih menghadap kedepan.
    “Tapi kali ini aku sangat butuh kakak,masalah nya ayahku ingin menjodohkanku”
    “Apa,menjodohkanmu,tapi mengapa ?apa mereka ingin menimang cucu”
    “Tentu saja bukan”
    “Lalu?”
    “Menghilangkan sifat kekanak kanakanku”
    Dia tertawa pelan. Aku menatapnya sinis.
    “Kakak mau membantuku kan?”
    “Tapi siapa juga yang mau dengan cewek jutek sepertimu”
    “Apa,aku jutek?,kakak yang benar saja jutek berbeda dengan balas dendam”ucapku mengeras.
Tanganku ku kepal.Aku hendak memukulnya tapi fandi mengelak seakan tahu yang akan aku perbuat dia mengelak dengan jalan mobil masih dalam kendalinya dan dia pun mulai memarkirkan mobilnya di luar kafe yang ingin kami singgahi.
    Setelah keluar dari mobil aku dan fandi duduk dan memesan makanan,aku memesan makanan sepotong tiramisu dan fandi se porsi omelet ditambah segelas cappucino.
    “Kakak,bagaimana?”
    “Bagaimana,apanya?”
    “Perjodohan”
    “Iya, kakak akan usahakan cari cara untukmu,tapi ada saratnya”
    “Apa?”
    “Kau nggak boleh galak galak lagi ,nggak boleh gunakan karate mu untuk balas dendam tentang masalalu mu itu,dan yang paling penting kau harus jadi cewek sejati”
    “What!nggak mau,saratnya susah banget !”
    “Mau nggak nih”katanya dengan senyum yang menggoda
Aku menggaruk kepala,aku memperhatikanya .Menatap tajam bola matanya. Matanya bersinar. Wajahnya tirus lengkung masih tersenyum. Aku berfikir berulang kali.
    “Iya ,aku setuju”ucapku tegas
    “Serius amat”katanya mengejek
Dia menyodorkan tangan kesepakatan buatku dan ku balas menyalaminya
                                ***
    Dua hari lagi,ayah pasti akan membawakan calonya untukku. Bi surti pasti sibuk untuk perjamuan makan malam. Ibu pasti sibuk memilih baju yang akan di kenakannya saat perjodohanku. Dan aku pun pasti sibuk untuk mencari akal untuk membatalkan perjodohan itu tapi yang terpenting tampa menyakiti hati  ayah.
    "Apa jadi cewek sejati?" Aku berkaca di cermin. Aku perhatikan dari atas ke bawah. Rambutku pendek dengan model rambur mita the virgin tapi bedanya rambutku lebih lurus. Kalau masalah wajah menurutku kalau di poles sedikit sepertinya akan tampak seperti cewek benaran. Bukan setengah setengah alias tomboy. Anting hitam,gelang dan kalung rantai ala rock and rool aku buka semuanya. Aku ganti dengan hadiah ibuku mas putih satu set.Aku memakainya lalu berkaca bagaimana perubahanya .Aku jadi tertawa sendiri.
    Ku buka kembali lemari pakaian yang isinya penuh warna hitam yang putih paling sedikit sekali itupun yang terhitung hanya baju karate dan sabuk berbagai warna dari putih,kuning,hijau lalu tingkat yang sedang kutekuni biru. Ku berusaha cari baju yang agak feminim. Ku bongkar lemari tapi yang di cari akhirnya bersua,sebuah gaun simpel selutut dan slop flat yang di hiasai pita merah diatasnya. Lalu ku kenakan.
    “Non,lagi ngapain non,buka pintunya non”terdengar suara panik dari luar
Ku buka pintu. Wajahku sedikit kesal
    “Apaan sih Bi”ujar ku
Bi surti diam sejenak,dia melongo,tapi aku tak tahu apa yang sedang dia pikirkan.
    “Masyaallah non,non Jani kan?”
    “Iya, jani, masak joni,pacar bi Surti sih”
    “Cantik banget,salah makan ya non”
    “What,salah makan emangnya aku keracunan apa!”jawabku sinis
    “Non lagi ubah image ya non”bi surti memperhatikanku baik baik
    "Iya”kataku sambil kebinungan memandang wanita yang  6 tahun lebih tua dariku.
    “Mau bi Surti bantuin”
    “Emang bisa?”
    “Jangan salah non,bi Surti ini jagonya masalah style,kalau nggak bisa ngapain si joni bisa klepak klepak ama bi Surti”
    Ya tukang sayur di banggain,tapi aku bisa percaya kok sama bi Surti .Kalau di pikir pikir bi surti memang biasa biasa aja tapi gayanya itu ngetrend banget.Ternyata penampilan dapat  menutupi 50% dari kekurangan kita.
    Bi surti mulai memoles wajahku dengan seperlunya dengan sekotak make up miliknya.Melihat make up yang besarnya minta ampun aku sempat terkagum kagum sama bi Surti. Peralatanya banyak banget. Bahkan lebih banyak dari pada majikanya; Ibuku.
    “Bi,peralatanya banyak banget ngapain nggak jadi tukang salon aja bi?”
    “Nggak ah,kalau nyalon trus yang bisa ngawasin mas joni siapa coba”
    “setia amat!”
Aku ingin menahan tawa.Tapi aku berusaha untuk fokus pada bi surti yang sedang membedakiku
    “Selesai non”katanya riang
    “Beneran?”aku merebut kaca kecil pada bisurti.
Aku tak percaya make up nya sangat lah sempurna ,simpel sederhana dan tak norak dan yang paling baik dia seakan bisa mengubah ku dari itik buruk rupa menjadi angsa cantik. Aku bahkan sempat beralih pada kaca depan yang lebih besar masih sama,gaun putih elegan,slop flat dan tentunya wajahku yang baru di permak.
    “Gimana non?”
    “Bagus bi,bibi memang jagonya deh”Aku tersenyum girang.
    “Memangnya non mau ke mana”
    “Ketemu pacar baru”
    “Siapa ?Yang di jodohin tuan non”kata Bi Surti penasaran.
    “Ada aja”ucapku membuat raut muka bibi tambah penasaran
                                ***
Mobil sedan membawaku kesebuah tempat yang pastinya sangat ku kenali. Kafe di jalam hayam wuruk. Kafenya anak karate karena tempat latihan kami dekat dengan kafe itu. Itulah kafe yang paling asik dan kece bagi kami walau hanya untuk ngrumpi atau sekedar melepas lelah habis karate.
Aku melangkah kedalam.Kafe ini khusus di sewa 1 jam untuk memperkenalkanku pada pacar baruku. Yang nyewa tentu aja aku yang berkepentingan. Aku menghirup nafas pelan saat pak Karyo membukakan pintu untukku. Sebenarnya aku deg-deg kan banget
    “Semangat,non,ini bukan zamanya siti nur baya”katanya dengan raut muka berbinar.
    “Iya”aku tersenyum lembut pada pak karyo
Aku tahu kok apa madsud pak karyo ngucap siti nur baya jelas banget. ya iya lah,secara dia itu kan korban yang pacarnya di paksa kawin ama juragan ayam di kampungnya.
    Langkah kaki pertama,sebenarnya ingin mundur tapi ini lah masa depan .Kalau aku dapat pacar hari ini ,berarti hidupku tak akan tersia siakan hanya untuk orang yang tidak aku cintai hasil perjodohan. Aku berusaha  berjalan kedepan.
    “Malam mbak”kata pelayan kafe di depanku
    “Malam juga,mbak”
    “Mereka menunggu di dalam silahkan mbak”
    Apa,mereka?berarti untung saja. Ku rasa aku tak terkepung pada seorang saja didalam. Ku rasa Fandi cukup berperi kemanusian untuk  tidak hanya meninggalakan ku pada satu orang saja ternyata dia juga ikut.Syukurlah!.
    Aku masuk di ruang tengah tampak hanya ada 1 meja selebihnya kosong.Ada 2 orang di sana yang satu berkemeja kotak kotak simpel tanganya sengaja di lipat hingga siku .Dan yang satu laginya seseorang berbaju kaus yang baru ku kenal tampangnya.
    “Maaf,mbak kafe ini sudah di sewa orang nya bentar lagi datang mbak”kata pria berbaju kotak kotak
    “Perasaan yang nyewa tu aku lah,bukan kakak”kataku
    “Rinjani,kamu rinjani,ya ampun !lo kok berubah gini coba"dia menutar mutar badanku tangannya di gengam di bahuku
Pria yang satunya ku rasa sengaja batuk untuk membuyarkan percakapan kami.Aku berusaha mengendalikan suasana.
    “Hai namaku Rinjani,kataku menyodorkan tanganku padanya dan lembut sebisaku
    “Sudahlah,kau kira aku datang ke sini untukmu.Aku hanya terpaksa tau nggak, gara gara dia hanya temanku bukan karena mu ”pria itu pergi tapi ku lihat Fandi berusaha mengejarnya
Air mataku menetes. Kini apa?apa salahku,aku telah mengubah total penampilanku demi mendapat pacar pertama dalam hidupku. Tapi ini mengapa lagi, mengapa lagi tuhan?
    Aku berlari keluar. Tangisku masih terisak. Aku seakan tak punya apa apa lagi kegagalan kedua dalam hidupku setelah kisahku berakhir di tengah jalan  pada Adrian,tampa kepastian.
    “Rinjani,tunggu”Fandi mengikuti dari belakang.
    “Apa ada sarat yang belum ku penuhi lagi kak”kataku pada fandi
Dengan cepat fandi memelukku.dadanya yang bidang seakan menyembunyikanku ada kepasrahan dan kegagalan. Aku merasakan dadaku benar benar plong dan nyaman luar biasa. Tanganya menjelajahi ambutku.  Di usapnya penuh kasih sayang. Aku menangis dalam pelukan cowok tampan oriental itu.
Dia melepaskan pelukanya nya,aku mengusap air mata. Tapi dengan lembut pula dia seakan membantuku mendaratkan tangannya kepipiku, aku tahu dia berusaha tersenyum
    “Udah,nggak usah nangis lagi,besok akan kita coba lagi ya,aku akan membawakan yang lebih baik dari pada itu”katanya ingin membawakan sepaket kata harap pada ku.
    “Nggak usah kak,kalau memang dia telah di takdirkan untukku,aku berusaha terima itu”Kataku pasrah.
    “Tapi”
    “Nggak usah kak,aku rasa ayah pasti memiliki pilihanya yang benar dalam hidupku”ucapku tersenyum.
    “Baiklah,ayo masuk”Fandi menarik tanganku lalu membuka pintu depan mobilnya dan menyuruhku duduk di depan.
                            ***
    Kadang aku merasa aneh mengapa aku dapat selembut ini sama Fandi. Bukan,madsudku cukup lembut lah dari pada perlakuanku pada cowok lain. Tapi ini bukan masalah senior atau posisi nya 2 tingkat diatasku dalam karate, tapi tak lebih dari sikapnya yang menghargaiku karena aku seperti ada dalam hidpnya dan bukan karena uang ayahku. Beda 100% dengan anak teman ayah yang sengaja datang kerumah dan mengajakku main bersamaku. Dan kalian tahu apa yang ku lakukan?.Aku tak pernah sekali pun menanggapinya.
    Berantem memang itu adalah keahlianu. Sejak pertama ayah menyetujui ku ikut karate.Walaupun  ibu sebenarnya menentang keras keputusanku. Tapi ayah akan menyetujuinya. Dan saat itulah saat pertama ku di latih oleh pria kalau tersenyum akan menggolakan jiwa di dada.
    Kelas karate adalah kelas pedang bermata dua di satu sisi aku menyatakan pada diriku bahwa aku dapat membela diriku sendiri tapi pada sisi yang lain para cowok menakutiku seperti aku akan memangsa mereka hidup hidup.
    Bukan itu saja pastinya. Kali ini masalah uang,kalau uang itu ketulusan aspal. Asli tapi palsu jelasnya. Mengapa?kalau di lihat dari 2 sisi muka belakang,jika didepan nampak ketulusan berkoar koar alas cari muka atau camuk.Dan dilihat sisi lainya suara bisikan pedas mempergunjingkan kami, bermacam macam kata mereka uang haram lah,hasil rampasan lah macam macam kata mereka.
    Tapi kalau itu yang dikatakan mereka aku lah orang yang pertama akan membela ayah jauh melebihi ibu. Aku lah orang pertama yang mengantarkan kopi pahit kesukan ayah menandingin kesigapan Bi Surti.  Aku pulalah yang akan mengantarkan ayah ke kantordengan melambatkan jalan mobil tingkat hati hatiku  melebihi karyo yang telah 8 tahun mengabdi pada ayah. Aku akan melakukan apapun padamu lampu ajaibku.
    Kini masalah perjodohan. Sehari lagi tepatnya aku tak punya pilihan. Pangeran penyelamatku tak akan pernah menampakan batang hidungnya.Tak perlu aku cari dia tak akan bertemu.Aku aja tak berusaha bagaimana bisa ketemu?.
    Tepat dugaanku,hari ini semuanya pada sibuk.Walaupun hanya acara keluarga belum bertunangan apalagi menikah,tetap saja semuanya kalang kabut. Dari pagi ayah telah sibuk teleponan dengan katanya sih calon mertuaku. Panas telingaku mendengarkanya.
    “Jani,udah punya pacar belum?”Ayah tersenyum ,bibirnya mengambang jelas sekali memperolokku.
    “Belum yah”
    “Tenang saja kamu pasti suka dengan orang itu nanti”
    “Ayah apa orangnya tinggi,ganteng,jago beratem,jago karate,dan dia 1 tahun lebih tua dariku”ucapku penasaran
    “Kayaknya tipenya kayak teman kamu tuh”ucap ayah menurunkan kacamatanya
Aku terdiam sejenak. Aku tak tahu dari mana asalnya kata yang barusan ku ucapkan ini. Atau aku memang merindukanya setelah 2 hari belakangan dia tidak meneleponku, tapi entahlah!.
    “Nggak yah,aku tau ayah tak akan mengatakanya padaku”kataku tersenyum
                                ***
Jam 7 malam,aku rasa 1 jam lagi tamat lah riwayatku. Bagaimana kalau nanti yang di madsudkan ayah rekan bisnisnya yang sudah ubanan,tua,jelek trus banyak tumpukan lemaknya.Matilah aku kalau aku harus dijodohin ama dia.Amit amit
    Ibu memasangkan sepatu hak tinggi padaku. Aku menolak keras sebelumnya. Tapi bi surti membujukku
    “Non,tau nggak kalau sepatu itu akan menunjukan berapa tinggi nya harga diri kita sebagai perempuan”
    “Dari mana hubungan,nggak ada asal usulnya”
    “Bukankah non udah kelihatan seperti cewek belakangan ini,udah pandai dandan, masak pakai sepatu aja nggak mau”kata bi surti mengingatkan
    “Tapi lihat tuh, tingginya,bibi ingin tumitku patah”kata ku menunjuk pada sepatu hak setinggi 6 senti itu.
    “Kalau masih banyak cincong kasih yang lebih tinggi lagi bi yang 10 senti”kata ibu menyambar dari luar kamar.
    “Iya,siap bos?”bi surti menyetujui mencarikanku 1 sepatu dari 15 pasang beragam tingginya
Aku bengong melihat tangan lincah Bi Surti mencari sepatu.Dia mengangkat sepatu bertali.
    “Ini,non,non suka?”katanya sumrigah seperti jago memilih.
    “Jelek,aku nggak mau yang itu aku mau yang ini”aku membongkar lemari sepatu dan menunjuk pada slop flat.
    “Pacar baru...”
Dengan sigap aku menutup bibir bi surti yang ceplas ceplos.Aku berpikir ada apa pada di rumah pada hari ini. Mengapa semuanya tertuju pada fandi?
    “Ada apa bi,apa madsudnya pacar baru”ucap Ibu penasaran
    “Nggak ada nyonya”Lantur bi Surti.
                                ***
    Aku belajar sedikit demi sedikit mlai dari berjalan pelan sampai meletakkan buku tebal di atas kepalaku tapi gagal total.Tak ada perubahan. Emang aja jalanku agak mirip cowok nggak berbakat jadi pragawati. Tapi yang menyenangkan ibu kapok,bi surti menyerah mereka tak bisa mengajariku.
    “Udah,udah,pakai aja slop mu itu” kata ibu angkat tangan
    “Dikit lagi kok ,nyonya”kata bi Surti ,bilang aja tak ada kemajuan susah amat.
    “Kan nggak bisa”kataku tersenyum
                                ***
    Semua nya sudah siap,ruang makan,hidangan dan aku yang sebentar lagi jadi robot perhelatan juga sudah siap. Kini tinggal satu langkah melemparkanku ke neraka. Pikirku sejenak.
    Aku menunggu dengan sedikit skenario kecil kecilan.Ayah dan ibu menunggu di ruang tamu yang menyatu dengan ruang makan. Bi surti membukakan pintu dan tugas Pak Karyo  membukakan gerbang.Sedangkan aku turun dari jenjang bak putri yang di tunggu pangeran kayak cerita di dongeng dongeng.
Mobil bmw silver telah tampak parkir di depan rumah kami kayaknya kerja pak karyo selesai nih,kini giliran bi surti yang tanganya masih melekat pada ganggang pintu.
Pintu terbuka 3 orang anak beranak keluar dari mobilnya,ayah dan ibu tak tergambarkan girangnya. Aku panik setengah mati. Mereka mulai bercakap cakap.
    “Ayo jani,keluarlah”
    Aku keluar sesuai skenario yang di rencanakan. 2 orang tamu itu tersenyum, aku masih konsenterasi dengan gaun yang menjulai sampai ke lantai. Tapi mereka hanya diam
    “Dia anakmu,Trisno”
    “Benar”
    "Dia sangat mirip dengan ibunya sangat cantk.
Aku tersenyum tak mengambang.Sekarang giliran cowoknya yang belum keluar.
    Ya tuhan.mimpi apa aku semalam.adrian mengapa kau ada di sini. Cowok yang paling tampan se SMA. Bukan,tapi cowok jelek itu persepsiku.
    “Hai...namaku Adrian”tangannya menyalamiku.
    “Aku Jani,Rinjani dari SMA harapan kau masih ingatkan?”aku dingin
Semua terdiam. Ayah ku ibu bahkan sangat panik.Semua tercengang.
    “Apa,Rinjani.kau Rinjani”
Dia memelukku erat sekali.kurasakan ada yang menyesaki pembuluh nadiku.seperti darah kotor masa lalu.
    “Pergi kau,karna hanya kau saja yang belum ku habisi”
Aku ganas .Penyakit lamaku kumat lagi. Ibu berusaha menengahi percakapan antara kami
    “Rinjani,apa apaan kau ini”ibu lantang
    “Aku ingin melakukan ini lagi ibu”
Ku mulai menyerang .Cara pertama manendangnya sampai terkapar pikirku.
    “Hentikan”suara yang sangat ku kenal terdengar lantang dari luar.
    Pria itu berjas rapi dan memakai dasi kupu kupu. Sangat elegan dan berkelas.Dan membuat semuanya tercengang.
    “Dia pacarku”Fandi menengahi
Mataku tak berkedip.Pria didepanku mengaku adalah pacarku,apa apaan ini?
    “Benar dia pacarku,ayah”aku berkilah.
    “Bagaimana dengan ini,diari mu ini,rasa cintamu ini.yang kau lukiskan pada pria ini”ayah mengangkat diar merah jambu yang kutulis empat tahun yang lalu.
    “Sudah tak ada lagi ,cinta itu kadarluansa ayah”
Adrian menunduk lesu.aku tahu dia remuk kali ini.Perkataanya dulu itu menyindirku di depan teman temanya. Aku tahu rasa cintanya terhadapku benar adanya. Sebelum kepergianya ke luarnegeri.
    “Rinjani,kau tak pernah menanggapi janji itu adanya?”
    “Tidak,benar benar tidak ada,kau hanyalah pembual yang ku buang jauh jauh”
Ayah dan ibu adrian keluar tampa hormat. Ibu dan ayah mengejarnya keluar. Aku rasa dia malu dengan kesalahan anaknya tadi. Tapi aku masih tampak memendam airmata
    “Jani,madsudnya?kalau kau cinta dia kejar dia”fandi menatap ku sungguh sungguh.
    “Apanya yang akan di kejar,tak ada cinta lagi,aku benci dia kak,jangan memasukanku ke mulut buaya lagi”
Aku menangis.Kali ini terisak saking kuatnya. Fandi menarikku ke pelukanya. Aku tak dapat mengubur memori rapat rapat.
    “Kakak,sudahlah,jangan memuatku terlalu manja ke kakak,kakak telah banyak berkorban untukku”Aku berusaha melepaskan pelukan Fandi
    “Tidak,kau itu...”
    “Apa,pacar boongan mu?”
    “Aku mencintaimu rinjani”Kali ini dia menatapku dalam-dalam.
    Aku terkejut setengah mati.
    “Kau masih seperti yang dulu masih seperti laki laki”ucapnya
    “Apa?”kataku
    "Bukan,tapi aku menyukaimu!"
    "syaratnya?"
    "Tampa syarat,selama kau masih jadi rinjani untukku"katanya pelan
    Aku tertegun. Sebuah ending yang bahagia. tampa kusadari yang selama ini memberikan perhatiaan untukku dan mencintaiku adalah orang yang selama ini tak ku sadari. Sahabatku yang akhirnya jadi tunanganku tentunya sebulan setelah kekacauan yang terjadi pada hari perjodohanku. Dan mulai hari itu aku dapat menghilangkan dendam kesumat yang selama ini menari nari dalam benakku. Dan inilah aku sekarang ,seorang wanita dewasa, dan bukan lagi seorang anak kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa.
                                Selesai

Cerpen



DETAK
` Aku masih ingat semuanya,tatapanya,kebaikanya,senyumnya,usapan jerih payahnya,aluran hidup yang terukir lewat tetesan keringat bercampur debu,bahkan tangannya bergaris kasar,bila kau tanya aku masih ingat itu. Aku masih ingat,masih ingat dan satu kali lagi masih ingat.
    Manusia tak dapat menjadi makhluk yang sempurna,gading tak akan pernah ada yang tak kan retak. Pribahasa singkat dan bermakna walaupun sebagaimana kuambil tindakan yang semestinya tak akan pernah kulakukan.Aku tak bisa berbuat apa apa lagi Tuhan,aku menjerit.Tubuh lunggai itu yang telah terkapar tanpa nyawa.
    “Ayah,bangunlah,ayo bangunlah,pukuli aku lagi ayah,aku mohon!”
    Ingin rasanya kembali menatap bola mata ayah. Kini aku tak dapat lagi menyebutnya seseorang yang cerewet . Tak dapat lagi dan berkali-kali pun aku berkata tak dapat lagi.
    Aku tahu ini salahku. Salah manusia bodoh yang terbawa arus buruk,jalanan kasar yang menurutku beraspal,atau ilusi hampa,atau barangkali sebuah utopia yang tidak pernah menemukan akhir kapan akan berakhir. Aku malah malu pada diriku yang terlalu lemah,terbawa pada arus penyesalan sesaat,kini apa? Tak akan pernah ada jalan kembali.Waktu yang irreversibel tak bisa di ajak kompromi.
    Tungkai patah,dengan wajah penuh darah penuh nanah. Rumah sakit bayangkara 12 . Ayahku diletakkan pada sebuah kasur beroda ntah apalah namanya. Tubuhnya seakan remuk oleh sebuah truk cepat. Ayah mencariku. Telah 2 minggu ini aku kabur dari rumah akibat telah bosan dengan semua yang dirumah. Aku akui aku bosan dengan ayah yang merepet,ibu yang menyalahkan ku karna selalu pulang telat ataupun adik ku yang paling tua yang mengatakanku sebagai orang tak tahu diri.Aku akui aku terlalu naif sebelumnya.
    “Bukankah kehidupan ini seperti roda yang berputar Lani,mengapa kau sesali?Tuhan itu adil,adil seadil adilnya,tak pantas kau mengatakan Tuhan seakan membenci kita”kata ayah berang,matanya memerah,agamanya seakan dilecehkan.
    “Tapi ,mengapa kita selalu hidup begini,mengapa di luar sana orang bebas berpesta seakan kehidupan ini tak ada akhirnya lagi,mengapa ayah mengapa?
    “Tak perlu kau tanyakan mengapa,ayah mohon bertobatlah ,Nak”Ayah menarik nafas tanda tak ingin mengomel lagi. Aku tahu dia ingin aku menyadarinya.
    Nasehat akhir yang menurut ku penutup usia. Benar itu nasehat terakhir yang terucap pada malam itu. Setelah itu tengah malamnya aku kabur ke rumah teman dekatku . Teman kuliah ku yang tinggal di kos-kosan .
    Namanya Anjani Hasibuan,asli batak Tapanuli. Logatnya tentu saja tak medok seperti orang jawa yang biasanya bahasa yang paling ku kenali. Mulanya satu,dua hari sampai tiga hari aku merasa enjoy saja bersama dengan Anjani. Dia tinggal jauh dari orang tuanya. Sengaja merantau untuk meneruskan pendidikan.
Sebelumnya aku berfikir mungkin inilah yang dinamakan dengan hidup. Bebas sebebasnya.Mungkin sebebas burung yang terbang di angkasa luas,tak ada omelan,tak ada gerutuan yang hanya ada suka tanpa duka. Bahkan aku sengaja bolos dari kuliah agar anggota keluargaku tak mengetahui jejakku. Terpaksa pula aku memberi pesan agar Anjani bungkam akan keberadaanku.
    Hari hari yang kuanggap bewarna,tapi sebenarnya hanya ilusi kosong seperti fatamorgana. Seperti aurora di musim dingin yang meliuk hanya malam hari menuju pagi. Indah untuk pertama kali aku dapat merasakan indahnya berbagi .Dia tahu kalau aku bukanlah orang yang berduit. Dia baik selalu mau mentraktirku makan atau sekedar membayarkanku ongkos angkutan umum  jikalau ada keperluan mendadak yang mengharuskanku untuk keluar.
    Orang bijak berkata takkan ada yang abadi ,abadi itu adalah khalik sedangkan musnah itu adalah insan. Satu ungkapan yang menjadi batu cambukan setelah hari ke 13,satu hari sebelum hatiku luluh. Keras hatiku,bahkan kepala seperti batu punyaku di benturkan pada bola es yang seperti lembut ternyata lebih keras dari pada batu.Fakta pertama,Anjani seseorang pecandu narkoba yang baru ku ketahui. Aku menemukanya sakaw di kos-kosanya tempat kami tinggal. Sebenarnya hal ini telah kucurigai pada hari ke 10 saat ku temukan jarum suntik terselip pada sarung bantal saat ingin bersih bersih. Ku tanyakan. Mukanya merah padam. Aku curiga,tapi dengan santai dia berkata”Oh,kau tak perlu cemas lah,ini milik mahasiswa kedokteran ,waktu itu ketinggalan di kos-kosan ini”
    Kecurigaan ku redup seperti api yang di siram dengan air. Ku lepaskan curiga. Aku biarkan Anjani bertindak seperti biasanya. Tak pernah ku tanyakan apapun tentang kecurigaanku. Aku diam dan hanya bertindak seperti biasanya.
    Hari ke 13 anjani kritis seperti orang kena epilepsi berat. Tubuhnya menggigil. Giginya bergertak seperti orang yang hipotermia. Sebenarnya aku panik tentang apa penyakitnya ini .Untungnya terlintas di benakku walau hanya sesaat tentang jarum suntik itu. Aku yakin ini putaw. Sejenis zat narkotika penyebab kecanduan beresiko tingkat tinggi,perusak sistem saraf pusat,membuat ilusi tapi biasanya digunakan pada operasi. Bahasa kerennya heroin biang paranoid.
    Anjani tetap menggigil. Aku kalang kabut. Aku mengompresnya dan meminumkannya air putih dan bertindak dengan ilmu penolak racun putaw yang selama ini kuketahui. Syukurlah dia tak lagi menggigil. Aku lega. Telah 1 jam ini aku bolak balik,mondar mandir,buka tutup kulkas,lidahku patah-patah berkomunikasi dengan orang sakit saraf tapi kata-katanya susah ku pahami. Tapi alhamdulilah,sakaw berakhir. Aku menarik nafas lega.
    Besok pagi nya aku terpaksa membawa tas ranselku dan memasukkan baju baju kedalam semuanya. Kukemasi cepat-cepat. Aku tidak mau membangunkan Anjani yang masih terlelap.  Aku pergi dengan meninggalkan sepucuk surat padanya.

Anjani,maaf aku pergi dulu.Sebenarnya aku tidak bisa meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Tapi aku sadar aku rindu ayah, rindu ibu juga adikku yang masih kecil kecil.Tapi ada satu pesanku hiduplah tanpa barang haram itu.Ku mohon kau sadar.Satu kata  terimakasihku, kau adalah penerangku meskipun terlihat gelap.Kau yang menyadarku kalau aku butuh omelan agar ku tak tersesat terlalu jauh.
                                                                                  Salam
Aku yang selalu merindukanmu
                                                                                                     {Lani Anastasia)
    Sepucuk surat bertulis tangan ,tulisan rangkai tegak bersambung. Tanda aku kabur.  Kalau dianggap tak bertanggung jawab,itu benar. Aku salah dan merasa bersalah.
    Hari ke 14 ,hari kabur dari masalah,hari tersadar,tapi terlambat. Inilah akhirnya aku tahu ada seseorang mengejarku dari belakang,memanggil namaku,orang yang menciptakan namaku katanya tujuh hari tujuh malam sebelum kelahiranku sebagai anak pertama. Manusia pertama yang melafaskan iqamat ke telingaku. Manusia  pertama yang bercerita dongeng bulan dan bintang yang bisa berbicara padahal waktu itu aku belum bisa membaca. Dan juga manusia pertama yang mengajarkanku tentang pedihnya kehidupan tapi utangku adalah aku tidak pernah paham akan itu.
    Aku menoleh pada orang itu yang persis berseberangan jalan yang lebarnya 10 meter 2 jalur.  Air mukaku remuk redam,seperti terharu tapi membisu. Ku pandangi ayah melambai padaku.Mataku berkaca-kaca. Dua minggu seakan ada orde baru pada hidupku yang membawaku pada kehidupan yang lain dan membuatku rindu pada kehidupan sebelumnya.Aku berlari mendekati ayah di seberang jalan.
    Ayah mendekat. Dia seakan tahu isyarat. Berlarilah kakinya yang rapuh,badanya yang tua,air mukanya keriput,rambutnya yang tak hitam lagi menuju badan jalan. Ku lihat ayah berlari cepat ,dia seakan hanya tertuju padaku. Aku rasa inginya hanya untukku. Untukku Lani Anastasia. Satu pandanganya,satu langkah pastinya,demi aku anaknya.
    Truk tua reot berlari kencang. Ayah melambai mengejarku.Langkahnya seakan capek menopang badanya yang kurus kering.Aku melambai pada ayah agar berbalik.Aku mulai menyadari kedatangan truk yang umurnya sekitar keluaran 50-an .Tapi ayah seakan tak mendengarkan kali ini isyaratku.
    Ayah terbanting  5 meter menjauhi tepat saat truk berhenti. Kalau  ibaratnya hukum grafitasi Newton keliru hanya beberapa detik tapi semuanya benar sesaat atau beberapa detik setelah itu.Benda di muka bumi ini akan jatuh kebawah kecuali hantu yang katanya melayang layang pada malam jum’at kliwon.Hal yang paling ku takuti pada waktu kecil.
    Darah bersimbah,darah tua yang memakan asam garam kehidupan. Ku lihat sopir keluar yang artinya masih ada kebaikan dijiwanya untuk tak tabrak lari.Pedagang asongan,pedagangan kaki lima bulan bulanan pamong praja,tukang cukur keliling,tukang parkir bahkan penjaga warnet di seberangan jalan berhamburan keluar. Jalanan ramai,semua mata tertuju pada orang yang disana sebagian besar tak kenal ayahku. Aku mengusap mata,menggosok,bahkan menampar muka. Aku ingin ini tak terjadi Tuhan biarlah saja kau cabut nyawaku saat aku mimpi ayah tadi malam.
    Ini nyata,tak ada rekayasa.Orang yang tadi memanggilku dan melambaikan tangannya kepadaku tadi itu benar. Aku terpaku di jalan kesepian di tengah keramaian. Seperti orang bingung kehabisan akal. Ambulan meraung-raung tapi tetap saja napasku terpaku. Aku membisu.
    Setelah aku sadar setelah sekian lama seperti paku tertancap pada kayu lapuk. Aku meronta menyadarkan diri,aku melangkah,mencari informasi,mencari angkot,berlari kerumah sakit,bertanya pada recepsionist lalu ke tempat ayahku berada.
    Kamar mayat tak di ragukan lagi . Tulisan berbingkai kesan mewah tapi bertulisan penuh aura mistis,duka,bahkan tangis menjerit. Aku masuk ke dalam mencari jasad ayahku. Ada 3 mayat terkapar korban kecelakaan hari ini. Aku bingung  yang mana itu.Tapi akhirnya ku menemukanya juga.
    Kupandangi ayah yang masih tersenyum. Kurasa dia sangat senang melihatku tadi. Masih jelas raut muka yang keriput di siram rasa bahagia. Ku pandangi dirinya kembali sebagai pekerja bangunan pada usianya yang lebih setengah abad. Tangis ku terisak. Sekarang tangisku dalam arti tanda bersalah yang ada di setiap nafasku. Akulah pembunuhnya . Pembuatnya kekal dalam alam kubur sampai sangsakala israfil memecahkan telinga.Dan inilah aku yang terjebak pada ketidakadaanya kesempatan kedua.Dan tak pernah menyadari tentang detak jantung kehidupan.
                            Selesai

Novel




       Bagian pertama
        Cinta Pertama
     

          Hari ini adalah minggu ketiga di bulan November. Bulan yang sempat kuragukan kehebatanya. Yang benar saja sudah dua minggu mentari seakan telah terkalahkan oleh sebuah dilema awan gelap akibat pergantian musim. Tapi ku rasa aku dapat kembali bersepeda yang telah berminggu minggu ngangur tampa tuan di sudut rumah. Kembali ku tatap mentari pagi di teras sambil mengikat simpul tali sepatu penuh noda. Hujan lebat bulan ini jujur telah membuat ku seakan sekarat untuk keluar ataupun sekedar melakukan aktifitas.
    Ini seperti nafas pertamaku di bulan November.Mentari cerah pagi ini seakan membawa senyum malaikat di mataku. Ku rasakan hangat tanganku menjalar keseluruh tubuhku lalu berdenyut di sela sela urat nadi. Aku seakan hidup kembali melihat mentari begitu bersemangat. Kembali ku kunyah sebuah roti tanpa selai di tangan kananku.
    Inilah yang namanya mungkin ya......... lebih pantasnya munkin yang disebut orang ke selera makan datang saat kau merasakan gairah makan ada di dalam jiwamu bukan di lidahmu . Kali ini aku tak usah lagi memuntahkannya. Roti ini biasanya bercita rasa hambar kini berubah menjadi rasa sebuah TUFFEL atau mungkin sebuah omelet yang di goreng sampai warna nya kuning keemasan.”Enak,benar enak tak di ragukan",kataku sambil mengangguk pada ibuku.
    Ku lihat jam tangan plastik telah menunjukan pukul 6:15 .Benar memang terlalu pagi tapi karna aku membawa sepeda ini aku harus berangkat lebih pagi .Takut takut nanti kendaraan mulai ramai. Jadi kesempatan ku untuk ngebut bisa bisa jadi sebuah malapetaka .
    Ibuku telah di sampingku.Tapi kakak laki laki ku sepertinya masih tidur di kamar depan. Jadi ku putuskan untuk berpamitan dengan ibuku saja pagi ini.
                                ***
    Ini adalah sekolah ku. Sebuah sekolah elit yang sebenarnya sangat bertentangan dengan keadaan ekonomi kami. Untung saja aku adalah seorang murid yang mendapatkan beasiswa  sejak pertama kali masuk sekolah ini.  Aku hanya membayar beberapa saja uang buku tapi segala apa iuran tidak di bebankan padaku. Tapi sayang nya rasanya aku telah salah memilih sekolah ini.
    Pagi ini ,lagi lagi dan selalu lagi lagi aku pasti berpapasan dengan sebuah mobil volvesilver yang isinya tak lain adalah seseorang ketua osis sok terhormat yang bernama yudha subhrata. Ku rasakan perasaan seakan dingin mentari pagi ini telah berubah seperti petir di pagi buta. Menyambar nyambar,perasaan ku tak karuan kembali ku kayuh sepedaku menuju gerbang yang sempat ku berhentikan sebentar ini. Aku berharap Tuhan tak mempertemukanku padanya pagi ini .Ya ..cukup pagi yang cerah. Aku berdoa pesimis.
    Ku kayuh sepedaku semakin lama semakin cepat tapi sial! Rantai sepadaku putus saking semangatnya. Aku terhenyak pikiranku tak bisa terfokus kali ini . Aku terpaksa menenteng sepedaku sampai keparkiran. Ku rasakan bulu kudukku meremang seperti terpengaruh oleh sebuah hawa buruk.Ternyata benar saat menatap ke belakang telah tampak seseorang bertubuh tinggi kira kira 178 cm tersenyum melihatku.Dia keluar dari mobilnya seperti orang mabuk ½ tahun.Dia menatapku heran.
    “Hei,Jani !kau butuh bantuanku?”Dia mendekat dengan kata katanya bodohnya.
    “Maaf,kak Yudha yang terhormat,tak usah”Aku nyengir
    “Oh,ternyata seorang murid beasisiwa masih menolak menerima bantuan,ingat kau hanya murid yang dibantu di sekolah ini”
Emosiku meledak saat dia merendahkan harga diriku.Ku akui aku benar benar tak terkendali. Ku mulai dengan kata kata seperti hasutan tapi aku juga tak tahu  di mana asalnya.
    “Yudha,serasa aku bodoh mengenalmu,tapi juga perlu kau ingat aku di sini memang murid beasiswa,dan ku tahu aku tak punya hak di sini,tapi aku disini bukan lah diundang karna uang orang tuaku,seharusnya kau tahu siapa kau”Kataku sedikit kejam dan aku pun beranjak meninggalkanya.
    Benar benar membuat emosi terkuras oleh kisah tak penting ini. Tapi bukan Yudha saja yang membuatku tak betah sekolah di sini,selain itu ada murid murid yang selalu merendahkanku,yang menganggapu sebagai itik buruk rupa dan segala hal bodoh yang telah ku anggap tak penting dalam kisah perjalanan hidupku.
    Ku tinggalkan  mulai melangkahkan kaki pada sebuah gedung kelas yang di sudut atas terletak kata kata kelas 1 A . Sebuah kelas dengan semua media yang di milikinya. Sebuah komputer beserta perlengkapanya dan sebuah infokus  yang bersandar pada sebuah dinding. Letaknya di depan kelas yang jauh dari tempat duduku paling belakang. Isi kelas ini hanya 21 orang yang telah dianggap sebagai siswa unggulan.
    Aku berjalan ke belakang menunduk. Sebenarnya tak ada yang membuat kelas ini begitu menarik buatku. Entah mengapa aku benci mereka semua. Mereka semua adalah murid unggulan tapi selalu bersikap seakan akan mereka tak berperikemanusian. Atau mungkin murid dengan mereka memang selalu melecehkanku,atau lebih pantas di bilang kalau mereka tak pernah menginginkanku. Hampir semua murid di kelas ini adalah anak gedongan alias anak kolongmerat semua hanya sedikit saja yang senasip denganku alias anak kolongmelarat. Dan itupun telah banyak mengundurkan diri atau mencari sekolah yang sebenarnya tak di inginkan orang tua mereka.
    Akhirnya sampai lah aku pada sebuah pemberhentian terakhir .Yang menurut ku adalah tempat yang nyaman ,tidak madsudku tempat yang paling terkendali dari segala pengaruh luar yang tidak menguntungkanku. Kumulai meletakkan sebuah tas penuh jahitan bekas sobekan yang tak mengandung nilai seni ini.Aku berharap aku dapat duduk di bangku yang hanya aku di sudut belakang karna hanya aku murid yang terasing disini.Sebenarnya ada sebuah banku di sebelahku tapi sayang tak berpenghuni.Tapi ini adalah suatu berkah buatku ,suatu berkah agar aku tak menarik perhatian murid murid lain saat proses ngajar belajar dimulai.Biarkanlah mereka sibuk dengan urusan mereka saja itu lebih baik yang penting akuharus bertahan sebisa ku di sekolah ini.
                                ***
    Bel sekolah telah berbunyi.Aku masih santai santai saja duduk di bangku kesayanganku sambil membaca dan membolak balik sebuah buku perpustakaan yang dipinjamkan selama 1 tahun sebagai jatah siswa baru di sekolah ini.Aku senang mereka kali ini tak memperhatikanku.Ataupun sekedar melirikku.Ku rasa mereka telah sibuk dengan aktifitas terbaru mereka yaitu bagi yang cewek cewek paling ngerumpi bolak balik ke kelas lain atau bagi cowok mungkin berkelana mencari cinta sambil mencari perhatian duduk di bangku teras gedung tingkat 2 ini.
    Akhirnya pak Susno datang .Kulihat langkah kakinya membuat siswa ataupun siswi terbirit birit duduk di kursi mereka.Mereka seketika duduk dengan rapi.Tak ada satupun murid berani lagi berkelana di luar area kelas ini.Entah apa yang di pikirkan mereka kali ini entahlah kurasa mereka hanya butuh mempersiapkan diri utuk remedial kali ini.
    Semua mata terpana,kali ini pak guru yang terkenal pemarah seakan membawa seorang malaikat. Raut muka pak Susno tak lagi menunjukan seperti akan memaki kami lagi.Seakan ada seorang embun penyejuk di kelas kami.
    “Edward perkenalkan lah dirimu”kata pak Susno ramah
Siswa itu mengangguk lalu dimulailah perkenalan diri
    ”Selamat pagi, nama saya Edward Bratayudha,saya siswa pindahan dari Surabaya,semoga teman teman dapat menerima saya dengan baik”
Mata siswi dikelasku berkedip kedip ,dasar penyakit lama nya kambuh,norak,aneh munkin itu hanya persepsiku saja tapi mungkin yang dianggap mereka wajar wajar saja .Aku sedikit melamun.
    “Jani,Edward duduk di sampingmu”pak Susno memanggilku tapi  aku masih melamun.
    “Jani,Rinjani”pak Susno sedikit mempertinggi nada suaranya
Aku terkejut dan terhenyak
    “Ya,iya Pak”
    “Bagus,edward duduk lah di sebelah Rinjani.
Semua mata melotot padaku tapi aku balas dengan tatapan sinis,kelas mulai ribut,aktifitas membolak balik buku untuk remedi seakan terhenti memperhatikanku.Tetapi ada seseorang yang ku anggap musuh bernama Siska menatapku penuh dendam.Tapi entah lah ntah apa yang didendamkannya.
    “Baiklah ,baca buku kalian 10 menit lagi kita adakan remedial”
Murid yang remedi kelihatan sangat kecewa.Mereka buru buru membuka buku cetak atau catatan dan langsung membacanya.Tapi ada juga sebagian lain yang berusaha menyalin ringkas untuk jimat yang akan mereka pakai untuk remedial nanti.Aku tersenyum kecut namanya saja kelas unggulan tapi masih curang.
    Cowok itu duduk di sampingku .Aku menatapnya sopan,dia malah balik menatapku dengan senyumanya yang sebenarnya sangat menggodaku.Ku rasakan jantungku mulai bergetar hebat,aku menunduk sambil memperhatikan buku fisika lalu tak memperhatikanya beberapa saat. Aromanya menusuk hidungku.Dia begitu harum aku bingung ntah parfum apa yang di pakainya saat ini.Aku seakan dapat menari di dalam aromanya
    “Jani,namamu Jani”suara itu begitu lembut seperti alunan musik surga
    “Iya,aku Jani,Rinjani”kataku malu
    “Aku Edward,apakah kau remedi biologi saat ini”Dia menyodorkan tanganya untuk menyalamiku.
    “Ti,tidak”lidahku terpatah patah
    “Oh ,kalau begitu,apakah kau mau menemani ku keliling sekolah saat orang remedi biologi”
Dia menawarkan aku menjadi jasa seperti tour guidenya,aku senang ini adalah cowok pertama yang menanggapku seperti ada di sekolah ini.
     “Maaf,ku rasa aku tak bisa,sepertinya pak Susno akan memintaku untuk membantunya saat ini,ya biasanya seperti ini”aku berkilah dengan tawaku yang di paksakan
    “Baiklah”katanya sedikit kecewa
Pak susno mulai mengeluarkan soal soal mautnya karena soal tersebut memang sangat sulit dan sangat detail.Tapi untunglah aku tak perlu mempedulikan soal tersebut.Aku sekarang hanya sibuk dengan beberapa pertanyaan Edward yang masih mengeluti di pikiranku.
    “Jani”
    “Iya pak”
    “Antarkan ini ke meja guru”
Pak susno menyerahkan beberapa file filenya tapi map mapnya tebal nya bukan main.Aku merasa aku harus bolak balik mengantarnya .Tapi sepertinya pak Susno mengerti keluhanku,untunglah dan dia memanggil 1 siswa lainya.
    “Edward,bantulah Jani mengangkat file file ini”Katanya ramah
Edward yag hanya duduk manis sambil memutar pena terhenyak .Lalu semua mata tertuju padanya
    “Iya,pak”
Edward mulai berjalan laksana seorang coverboy yang sedang berjalan pada sebuah catwalk peragaan busana.Anggun,bukan... berkelas.Jalanya sempurna.Tak ada cacat sedikit pun yang tentu sangat berbeda sekali dengan jalanku yang masih seperti jalan anak bebek yang langkah kaki ngelantur kian kemari.   
    Aku mulai keluar kelas dan diikuti 10 murid lain yang nasibnya baik yang telah lolos dari ujian yang susahnya bukan main.Memang ini adalah keahlian pak Susno untuk ujian pertama tentang seluk beluk biologi sudah membuat muridnya benar benar kalang kabut.Soalnya berjumlah 70,lima puluh soal pilihan ganda dan 15 isian dan 5 buah esay .Bobot paling tinggi terletak pada soal essay dengan bobot 20 .Tapi di sinilah nilai siswa banyak yang anjlok karena pak Susno merasa jawaban anak anak kebanyakan tak berbobot.
    Edward mengikuti ku dari belakang ,siswi lain sepertinya lebih acuh tak acuh padaku tapi sangat tertarik pada sosok si tampan Edward.Tapi murid laki laki hanya tersenyum sinis saat Edward menyapanya.Munkin inilah pengajaran hidup sebagaimana kata orang bijak roda kehidupan akan selalu berputar.ya..begitulah nasip anak cowok lainnya terlebih ji hoo si ketua kelas yang sebelumnya dianggap paling tampan di kelas ini.
    Aku menuruni anak tangga dan tentunya Edward mengikuti dari belakang.Aku sangat kesusahan karna file ini terlalu berat untuk ku bawa turun dengan cepat.Aku berjalan dengan terbata bata.Tapi ntah sial apa yang mengikutiku pagi ini .Aku terpeleset dianak tangga .Tapi dengan cepat seseorang di belakangku merangkuhku,memegang tanganku.Sekarang ku mulai rasakan tanganya menyentuh lenganku yang di tutupi lengan seragamku.Darahku berdenyut .Aku rasa nya seperti akan melayang.Tapi aku seakan terhempas.Tapi dia seakan buru buru menangkapku.Menyentuh pundakku dan menahanku dengan ototnya yang kekar.
Aku rasakan tatapanya ,wajahnya tak jauh dari muka ku ,sangat dekat hanya beberapa senti saja.Matanya menatap sangat lekat ke mataku bola matanya yang kecoklatan tak pernah berpaling dari padaku.Aku bingung ada apa ini?mengapa ini?Kurasa aku telah kehilangan akal sehat.
    Cepat cepat aku membuyarkan semuanya.Ku coba berdiri dengan kembali jongkok untuk mengemasi file file yang berjatuhan.Aku seakan di hipnotis  beberapa detik ini,berusaha ku bangkitkan kesadaranku.Tiba-tiba dia depan juga jongkok dan seakan memanggilku.
    “Boleh aku bantu”Katanya lembut
    “Ti,tidak biar aku saja’’Ucapku berbasa basi
    “Ayo,jangan sungkan”
Dia mulai merapikan file-file ,mengemasi nya tapi aku hanya melongo memperhatikanya.Ku perhatikan rambutnya ,rambutnya berwarna kecoklatan.Mungkin pengaruh pigmen yang juga mempengaruhi rasnya.
    “Jani,ini”Dia tersenyum dengan file file yang telah dikumpulkanya
    “Te..terimakasih”Ucapku
Aku pun bangkit dan dia pun segera bangkit lalu aku kembali berjalan menyusuri ruang guru yang letaknya pas di bawah gedung ini.Di tingkat satu yang tak munkin kulupakan karena aku telah berpengalaman bolak balik di sini.Pertama ku lihat bu Susi guru sejarah dan kusapa hangat.
    “Pagi,Bu!”
    “Pagi,Jani,kau bawa teman ke sini,siapa dia?Ibu rasa dia murid baru di sini”
    “Iya Bu,ini Edward”
Edward menyalami tangan bu susi .sepertinya Bu Susi sangat suka kepadanya .
    “Baiklah,ini dari pak Susno kan ,letakkan saja ke meja pak Susno”Ucap Ibu Susi ramah
    “Iya ,Buk”
Aku dan Edward masuk ke ruang guru. Meja pak Susno tak jauh dari pintu depan .Meja pak kusno memang sangat berantakan jadi ku putuskan saja meletaknya di bawah kursi pak Susno yang kosong.Dan akhirnya aku minta izin pada ibu Susi untuk berpamitan.
                                ***
    Aku berjalan ingin menaiki tangga .Tapi seseorang di belakangku memanggilku
    “Jani,bukankah kau berjanji mengantarkanku keliling sekolah “Katanya bersemangat.
    “A...”aku melongo
    Tapi segera aku menjawabnya”Iya ,baiklah”aku segera menuruni satu anak tangga .Dan aku mulai berbalik dan berjalan ke kiri yaitu kelas 1B begitu terus sampai kelas 1F.
    Perjalanan kami membisu .Tak ada satupun yang terlontar di mulutku. Sebenarnya aku sadar dia di belakangku tapi aku terlalu malu mengajaknya berjalan di sampingku.
    “Jani”katanya pelan membuat aku berhenti meneruskan langkahku.
    “Bolehkah aku berjalan di sampingmu,jalanmu sangat cepat aku sulit menyusulmu”Dia memberitahuku.
    “Iya”kataku ragu sekaligus malu.
Sekarang malaikat tampan telah berjalan di sampingku.Tapi aneh kurasakan sensasinya luar biasa.Beda sekali jika aku berjalan dengan kakak lelakiku yang bernama Adrian.Aku akui kakak ku yang tampan itu banyak penggemarnya termasuk teman satu sekolahku Vero.Tapi saat berjalan di samping Edward rasanya jantungku mempunyai getaran aneh.Ku pikir mungkin hanya perasaan kagum saja.
    Aku telah melewati kantin.Tapi tak beberapa orang yang berjalan di sana hanya ada sekelompok siswa maupun siswi yang cabut atau bolos di jam pelajaran.Tapi siswa yang kebanyakan aku lihat adalah anak kelas 2 ipa D.aku rasa mereka sedang belajar dengan ibu Fatma yang menurut mereka guru itu sedikit error atau istilah kerenya mesin rusak.Tapi apalah sebenarnya tak perlu ku pikirkan.
    Sebenarnya perjalanan kami sedikit tersendat sendat oleh sedikit banyaknya siswi yang ingin berkenalan dengan Edward.Tapi tak terlalu ku pedulikan .Tak ku beranikan  diri ku untuk jalan beriringan dan kupercepat langkahku.Sampai pada akhirnya Edward juga mengejarku dari belakang.  
    Kami melanjutkan ke kelas 2 ipa A yang masih belajar.Maklum saja ini masih jam pelajaran.Jadi tak ada aktifitas yang terlalu mencolok .Dan aku terkejut saat berada di kelas 2 ipa C.Kelas ipa yang isinya paling ku kenal anak terkolongmerat dari beberapa kolongmerat.Dan yang paling terkenal kalau bukan si Yudha.
    Sebenarnya aku sangat takut berjalan di kelas ini aku merasakan ada sesuatu yang tidak beres di sini ,kutatap jalan tak pernah melengah sekali pun.Edward pun seperti tak mempedulikanku. Dia hanya asik memperhatikan sekelilingnya.Tak lebih dari itu.Dan inilah saat nya pintu yang tebuka lebar ,didepan sana duduk seorang guru yang bernama ibu Aminah.Dan paling sudut depan duduk seorang ketua kelas sekaligus ketua osis yang merupakan manusia setengah siluman pikirku.
    Sekarang Edward menatapku ragu.Ku tahu dia memperhatikanku.Aku hanya berjalan menunduk .Aku takut jika seisi kelas menertawakanku .Kelas ini nomor 1 bandel tiada tandingannya.Namanya saja kelas ipa tapi sebenarnya mereka disini karena para orang tua mereka yang berduit.Itulah persepsiku.
    Inilah saatnya ku percepat jalanku.Aku tatap mata edward ,lalu aku berbisik kita lari .Edward mengikuti saranku ,tapi anehnya Edward memegang tanganku seperti seorang anak yang takut di tinggal ibunya tapi tak terlalu ku pedulikan itu.Yang penting semakin jauh aku pergi maka semakin jauh pula kesialan yang akan menderaku.
     Nafasku kembang kempis,aku berhenti pada pembehentian terakhir yang kurang 10 meter lagi ke kelasku tentunya setelah melewati perbelokan ini.Aku seperti orang ke habisan akal,atau mungkin kehilangan urat malu karena suatu urusan mendadak.Tapi tak ku ingat apa apa dan Edward pun melepaskan genggamannya dari tanganku dan aku pun memperhatikanya
    “Maaf”katanya dan aku tahu apa madsudnya
    “O...iya”
    “Jani,apa kau ini pelari mengapa larimu bisa secepat itu”Dia masih terengah-engah.
    “Tentu saja tidak,ya tidak! kalau pelari amatiran, mungkin!”
    “Amatiran?”
    “Ya,tentu saja!Ayo kita kekelas”Ku berusaha mengalihkan pembicaraan.
Aku berbalik .
    “Jani tunggu,hapuslah keringatmu dulu”
Aku kembali berhadapan denganya .
    “Ya ,Terima kasih”Aku mengambil sapu tangan yang di sodorkanya padaku.
Aku mulai menghapus keringatku,terlebih di atas keningku,sekarang ku sadar keringatku bercucuran dan berapa luasnya sekolah ini.Sejak tadi aku padahal telah mengambil jalan pintas dan tentunya lebih lengang supaya tak terjadi gossip atau biang-biang masalah lainnya .
    “Makasih”Aku menyodorkan sapu tangan kepadanya dan beranjak akan meninggalkanya.
    “Tunggu,kau meninggalkan sesuatu!”
Aku kembali berbalik.
    “Apa”
    “Terima kasih untuk hari ini”
    “Hari ini?ku rasa aku tak berbuat apa-apa untukmu”
    “Atas jalan-jalannya “Katanya riang
    Aku tersenyum “Ayo kita ke kelas”
Dia mendahului ku tanda setuju.
                                ***

    Sampai di kelas ,hari hariku berjalan seperti biasanya ,tak ada yag menonjol sejak Edward pulang lebih dahulu dari tadi.Katanya ada urusan keluarga yang mengharuskanya untuk pulang.Aku tak terlalu mempedulikanya sampai jam bel pulang berbunyi.
       “Sial,hujan”Aku bergegas keluar dari kelas setelah pelajaran  Bu Susi selesai.
    Langkahku pasti,seperti sopir angkot kejar setoran.Aku berlari di jenjang menerobos murid lain yang juga inginpulang.Beberapa lainya memperhatikanku dengan sinis tapi yang lain tampaknya lebih acuh tak acuh. Aku easy going saja kalau telah  terbiasa ya....  tak terlalu membuat mental ku ciut.
    Akhirnya sampai juga pada lantai dasar tapi hujan semakin lebat terpaksa aku harus menunggu sangat lebat.aku benci ini.
    “Rinjani,kau butuh bantuanku”Suara itu datag tepat di sebelahku
    “Kau,apa maumu?apa kau ingin ku pukuli,kalau tidak jangan ganggu aku sekarang”Kataku berteriak
    Semua siswa yang menunggu sepertiku memperhatikanku.Tapi raut muka mereka seperti tak percaya.
    Salah satu suara itu datang dari seseorang murid yang kukenali .Berambut ikal sebahu,dengan gaya yang menurutku sangat mencolok,berbibir seksi,tubuhnya 5 kaki lebih 12 senti,kalau kata katanya tak berbobot dan tak berkualitas tapi yang paling ku benci darinya gaya sumringahnya.
    “Rinjani,berani sekali kau melawan kak Yudha ,apa kau tahu dia siapa”Siska menatapku
    Yudha yang tahu dia di bela, hanya diam saja.
    Aku diam .Sebenarnya aku tak punya nyali untuk melawanya .Tapi yang ku pikirkan adalah bagaimana  aku pergi darinya.
    “Rinjani,kita pergi”Yudha membuka suara
    “Apa?”
Tak sempat aku bertanya .Dia menggemgam lenganku.Dan membawaku pergi dari tempat itu.
                                ***
    “Rinjani,masuklah”Dia membukakan pintu mobil .
    “Kau mau membawaku kemana,aku bisa pulang sendiri kau kira aku tak punya kaki”
    “Dasar bodoh,apa kau mau berjalan saat hujan selebat ini”
    “Tapi aku bisa menunggu nya ,kau kira aku akan mati karna hujan”
    “Masuk saja”kali ini mendorongku masuk kedalam sampai aku terduduk di kursi kanan depan
Dengan cepat dia menutup pintu.Lalu dia membuka pintu kiri dan di bawa nya mobil itu dengan cepat.
    “yuda,kau mau membawaku kemana?”
    “Apa kau takut?”
    “Tentu saja tidak ,tapi jika aku tersesat bagaimana”
    “Tenang saja,aku lebih berpengalaman dari padamu”
    “Ayo kau ingin membawaku kemana”
Dengan cepat dia membelokan mobilnya pada jalanan gang rumahku.Akhirnya kicauanku berhenti.
    “Rinjani,siapa pria yang didekatmu tadi?”Dia geram
    “Ada apa denganmu ,aku tak mengerti madsudmu,sejak kapan kau mempedulikan urusanku?”
    “Rinjani,jawab aku!”
    “Apa maumu,belum puaskah kau menghancurkan hidupku di sekolah ,sekarang kau mau menghancurkan hidup nya kah?”
    “Apa madsudmu?”
    “Diam,jangan berpura pura tak mengerti!”
    “Jadi selama ini kau berpikir aku menghancurkan hidupmu kah?apa kau berpikir kalau akulah yang mempunyai madsud sekejam itu”Air mata nya menetes.
    “Jangan sok suci !Aku tahu siapa kau,aku telah menganggapmu musuhku tak lebih jadi jangan berlagak malaikat didepanku”
    “Kau tahu kau telah melupakan sesuatu Rinjani”
    “jadi kau ingin aku mengingat diriku Rnjani,aku bukan lah Anjani kau mengerti,dan aku ingin ini adalah terakhir kalinya kau memanggilku Anjani,aku benci dengan segala yang berhubungan dengan Anjani termasuk kau”
    Dia masih tetap saja meteteskan benih kristal cair dimatanya.
    “Bagaimana dengan ini ,kau ingat”Dia memberikan foto masa kecilnya dengan seseorang bocah yang dia anggap itu adalah aku.
    “Tidak ,aku muak dengan semua ini”Aku membuka pintu mobilnya dan ku lihat dia menekur dan membiarkan ku pergi begitu saja.
                                ***
    Malamnya selesai menolong ibuku berjualan dilapaknya aku duduk disebuah kursi tua membuka buku Bahasa Indonesia.Aku mendengar suara derikan pintu dari luar dan kutahu pasti kak Adrian lah yang membukanya .Aku memperhatikan kakak ku dan tersenyum melihatnya.
    “Kakak,belum tidurkah?”
    “Belum,apa yang sedang adikku kerjakan”Katanya dengan nada bercanda.
    “Tidak,aku tak mengerjakan apa-apa.kakak tak belajar?”sambil menutup buku itu.
    “Aku bosan,Apa kau ingin melakukan sesuatu malam ini”
    “Tentu,apa hari ini gelap kalau tidak aku ingin ke luar untuk melihat bintang dilangit”
    “dasar anak ingusan ,telah besar hobinya masih seperti anak anak,Ayo keluar!" kakak menyentuh kepalaku.
    Aku mengikuti kakak dari belakang dan mengendap ngendap agar ibuku yang terlelap tak mengetahuinya.
    Halaman belakang  rumah kami,adalah sebuah tempat yang paling mengesankan buatku.Walaupun jaraknya cukup jauh dari pusat kota tapi menurutku ini  adalah tempat yang dapat memaknai arti kehidupan.Diluar sana terbentang sebuah padang rumput dengan rumput kering jika kemarau atau malah subur pada musim penghujan pada saat sekarang ini.
    “Jani,apa kau punya masalah,mengapa malam malam begini kau mengajakku melihat bintang”
    “Menurut kakak bagaimana”
    “Menurut aku iya,apa kau bertemu dengan orang gila di emperan jalan lagi”
    “Menurutku aku bertemu dengan oang yang membuat ku benar-benar gila kali ini”
    “Gila?madsudmu,ada orang yang membuatmu tergila gila?”
    “Bukan kali ini dua kata yang terpisah,aku yang tergila gila  dan seseorang yang ku anggap benar benar gila”
    “Berarti dugaan ku  benar,berarti besok pagi rinjani harus memberikan ku hadiah”
    “Hadiah?madsudmu?”
    “Kau masih ingat pasal 13 dalam permainan tela tekiku”
    “Tidak aku tak mau lagi bermain teka teki itu lagi,tapi yang sekarang bukan teka teki tapi hanya pendapat “
    Setelah bahasa kakakku tadi aku diam ,untunglah perang antar dua kubi kini tak lagi pecah.Aku akui aku ini orang nya seperti meriam yang di letakkan di benteng.Emosi ku mudah meledak walaupun di pancing dengan hal-hal sepele sekalipun .
                                ***
    Malam ini aku bisa sedikit melepaskan semuanya ,rasa kesal ,kagum atau mungkin ini yang di sebut dengan cinta .Aku pikir biarlah angin larut malam yang membawanya bersama badai di pesisir.Aku nyaman dengan angin bahkan beberapa lukisan bintang yang bertaburan abstrak yang formasinya sulit ku tebak.aku  perhatikan Adrian sangat asik memainkan rumput basah liar yang sebenarnya masih hijau.
    “Kak,apa yang terpikir kan olehmu tentang bintang”
    “Kalau aku mengingat itu ,aku mengingat mu!“
    “Mengingatku,dasar bodoh,pemikiran mu itu simpel dan bodoh sekali,mana bisa kau mengingatku saat melihat bintang ,aku dan bintang tentu sangat jauh sekali”
    "Ntah lah ,mengapa aku bisa berfikir begitu,ya sudah aku salah!”
    “Bagus ,kau mengalah juga ,sekarang giliranmu yang menanyakan nya padaku!”
    “Tidak ,aku tidak mau!”Kepalanya menggeleng dengan tanganya yang masih tertopang.
    “Ayo tanyakan ,atau besok kau akan...”Aku mengancam.
    “Akan apa?”
    “Tidak ,tidak apa apa “
Aku kehabisan kata kata. Kalau di ancam dengan kata apapun menurutku tidak mempan lagi untuk Adrian.
    “Kakak,aku masuk dulu ,kau tdak seru ,menyebalkan,dasar bodoh”Aku bangkit dari duduk ku.
    “Apa?kau yang bodoh,bukan Aku?”
Adrian berusaha mendahului langkahku.Tapi aku menghalang halanginya .Ku pikir ini seru,sangat seru malahan jalanan sempit pintu belakang membuatku dapat mempersempit jalan dengan mudah .Adrian tak mau kalah .Tubuhnya yang tinggi membuatku seakan begitu pendek ,tapi aku tak mau kalah ,ku pasang tampang sinis menatapnya.
    “Apa lagi?”kataku
    “Apanya yang apa lagi”Katanya tanpa muka bersalah
Adrian tersenyum licik,menatapku jauh lebih dalam dari tatapan edward tadi siang.Tapi ku tatap dia dengan tatapan malah lebih dari menjengkelkan.Tapi senyumnya mengambang tertarik dari bibirnya yang tipis.Matanya seakan mempelototiku.Matanya yang bulat bersinar,wajahnya yang tirus lengkung memancarkan sinar merah seperti orang yang jatuh cinta.Tak seperti biasanya.
    “Kakak,jangan tersenyum lagi!”
    “Kau terpesona kah?”
    “Terpesona?kau tak sesuai dengan tipeku,dan sekarang berhentilah tersenyum”
Aku berjalan menjauhi adrian tapi langkah kakinya tepat di belakangku.Ku buka pintu kamar.Tapi Adrian malah masuk duluan.
    “Sekarang apa lagi”
    “Kau ini,sampai kapan kau akan berubah jadi dewasa,masih seperti dulu,lukisan di dinding mu masih bergambarkan spongebob squarepands,dan ini apa ini”dia menunjuk ke tokoh kartun kesayangan ku;doraemon
    “Kak,sejak kapan kau mempedulikan ini,kalau tak punya urusan lagi lebih baik keluar atau aku akan memukulmu dengan raket pembasmi serangga biar kau masuk UGD malam ini juga”ancamku
    “Coba saja,Rinjani kau masih seperti anak TK ,aku tak pernah berfikir kapan adikku ini bisa jatuh cinta ,atau tertarik dengan lelaki”
    “Kakak,inilah saatnya ,aku baru ingat apa yang ingin ku katakan akhirnya kau mengatakan itu juga padaku”
    “Soal jatuh cintakah?”katanya dengan mimik penasaran.
    “Mungkin,kali ini soal laki laki,tapi kau harus jawab dulu pertanyaanku apakah kau bisa menjadi guru  konsultasi ku soal cinta”
    “Tergantung...”Katanya ragu ragu
    “Iya atau tidak,kalau tidak nggak jadi”Kataku sedikit membangkang
    “iya ,pelankan dulu suaramu,atau kau ingin ibu memukul kita sampai kau dan aku membiru”
Dia menutup mulutku dengan pelan dengan tanganya yang hangat.Dan melepaskanya saat aku mulai menatapnya jengkel.
    “Soal cinta ,apa kau jatuh cinta”katanya pelan
    “Iya,begitulah yang kurasakan”
    “Apa kau merasakan jantungmu berdetak ketika didekatnya atau merasakan pipimu memerah saat menatapnya”Katanya mengangkat alis mata penasaran.
    “Iya,Apa itu cinta?”
    “Benar kau jatuh cinta,tapi pada siapa?”matanya terkejam pelan
                                ***

    Suara tarikan pintu,mengoyakan tatapan Adrian yang penasaran.Pandangan kami tertuju pada sebuah sosok yang telah tua yang sangat kami takuti.kalau di ibaratkan di rumah ini ada nyonya besar yang menerapkan tepatnya 50 peraturan berbelit belit diantaranya larangan berkelana malam hari ke kamar siapa pun juga.Itu artinya kami telah melanggar salah satu peraturan.Wajahku memucat,Adrian menggenggam tangan kananku.Aku tak tahu apalagi yang harus aku lakukan.
    “Rinjani ,Adrian ,keluar dari kamar ini segera”Wanita itu memperkeras nada suaranya .
    Aku dan Adrian keluar dengan menunduk tak ada satu kata pun terucap dari mulut kami .Aku masih mengikuti alur pergerakan ibu kami yang mengawal dari belakang.Dan inilah saatnya.Sebuah kamar mandi 4x2 berlantai ubin tua dengan sebuah bak besar yang menghubungkan sisinya.aku dan adrian disuruh duduk jongkok menghadap bak besar itu
    “Sekarang mau di ulangi lagi”Katanya berang dengan menyiramkan air dingin keatas kepala kami
    “Tidak”kata adrian pelan
Aku membangkang.
    ”Ibu,aku tak setuju dengan peraturan yang itu ,apa salahnya jika bertandang ke kamar saudara jika malam hari,lagi pula Adrian adalah kakak ku,mengapa kau membuat peraturan yang tidak berdasar seperti itu”
Munkin karna tahu aku membangkang ,ibuku semakin menyiramku dengan air dingin sampai badanku semua seakan membeku seperti es.
    “Dasar anak bodoh,tidak boleh ya tidak boleh,kau tau aturan tidak sih?”
    “Aku tak menyetujuinya"
    “Rinjani ,sudahlah!”Bisik Adrian pelan ke telinga ku
    Wanita itu seakan membaca lagak suara Adrian.
    “Ada  lagi?”
    “Ada,hentikan ini sekarang,kau tak perlu memperlakukan ku seperti ini”
    Laksana meriam di bakar berpeluru ,wanita itu menarikku membawaku ke luar dengan kasar.lenganku di tarik kasar.Dan melepaskanku tepat didepan gudang.Di bukanya pintu ditariknya aku pelan pelan.Terhempaslah aku pada barang rongsokan bekas dan beruntungnya aku terduduk diatas kasur kapuk bekas.
    Dengan cepat ,tertutuplah pintu gudang dan kuncinya kudengar telah berputar putar sekian derajat yang artinya aku akan abadi di sini sampai pagi menjelang. Aku menggigil. Untung saja gudang ini tidak gelap karena ada cahaya lampu lima watt yang meneranginya.Jadi aku tak perlu meraung raung  atau meronta ronta seperti anak kecil ke habisan permen.Sekurang kurangnya itu adalah sedikit keberuntungan yang terletak di  tengah tengah kesialan.
    “Sial” ,besitku perlahan,kupengangi bajuku erat erat.Bajuku basah semua,malam ini ternyata cukup dingin untuk berselimut dalam kelembapan.Aku menggigil.Gigiku menggeretak semakin lama frekuensinya semakin cepat.Hawa dingin serasa menjalar keseluruh tubuhku.Kali ini tak ada satupun yang bisa aku lakukan.
                                ***
    “Rinjani,apa kau di dalam?"
Telingaku masih dapat mendengar ketukan pintu .Aku mengenali logat suara itu.Ku mulai beranjak.
    “Iya,aku masih di dalam”
    “Tenang lah di situ ,aku akan cari pertolongan untukmu!”
Dengan seketika suara itu lenyap dan berubah dengan langkah kaki pelan beranjak meninggalkan gudang.Aku termanggu,ntah apa yang akan dilakukanya kali ini.
    Tak lama langkah itu akhirnya kembali dengan suara ayunan kunci yang getaran logamnya terdengar sampai ke dalam.Aku kuatir apa yang tengah dilakukannya.
Dengan seketika logam itu mengait anak kunci yang telah terpasang.Nafasku pelan ,aku sepertinya akan selamat.Tak lama kemudian pintu terbuka lebar.
    “Jani,maafkan aku,jika aku tidak masuk kekamarmu ini tidak akan terjadi”katanya pelan
Dia merangkuhku yang duduk pasi dengan kedua tanganku yang masih memegangi kedua lenganku.Tubuhnya yang tegap kekar memelukkku erat.Aku sempat kehabisan nafas saking eratnya pelukannya .Sampai akhirnya aku beranjak melepaskanya.
    “Kakak,aku tidak apa apa,jadi tak perlu minta maaf atau memelukku seerat itu”Kataku sambil mengulum bibirku yang menggigil kedinginan.
    “Apa benar?Badanmu dingin Rinjani,apa kau menggigil?”Nada suaranya cemas
    “Tidak,sudahlah !Tinggalkan aku ,aku bisa mengurus diriku sediri,jadi tak usah kuatir atau mencemaskanku”
    “Ku mohon kali ini saja kau dengarkan ucapanku,cukup 1 kali ini saja,ku tahu kau kesal padaku karna seharusnya aku yang seperti ini bukan kau!”
    “Adrian,jangan bertingkah seperti orang bodoh lagi ,ini bukan salahmu sama sekali bukan salahmu!kau mengerti?ini adalah kemauanku  karna aku benci kalau ibu selalu memperlakukan aku seperti ini”
    “Tidak,yang penting aku harus mengeluarkan kau dari sini bagaimanapun caranya”Katanya mempertahankan argumennya.
    “Coba saja,kalau kau bisa ,aku tak yakin kau bisa,yang kau bisa hanya berdiam diri hanya menerima takdirmu,kau tak akanpernah sekalipun membentak pada ibu walaupun kau telah di pukuli sampai badan mu membiru”
    "Kau benar ,tapi aku akan melakukanya kali ini!”alisnya terangkat ke atas
Dia beranjak dari posisi semula kini dia telah tiba di sejajar kunsen pintu.Dia melanjutkan langkahnya setelah itu aku tak tahu kemana dia pergi.
                            ***
    “Selesai,ayo keluar ganti bajumu,dan tidurlah di kamar mu”katanya dengan wajah tersenyum lebar
    “Selesai,benarkah,aku tak yakin mental kerupuk seperti mu bisa mengalahkan ibu”Kataku tak percaya.
    "Apa aku perlu ,menanyakan nya 1 kali lagi”katanya sumbringah.
    “Ayo tanyakan”kataku menantang.
Ternyata dia benar benar menanyakannya.dia berteriak dengan lantang .Dan pastinya suara yang di panggil menjawabnya dan menyatakan tanda setuju.Sekarang kakak telah menjelma menjadi pengacara yang membebaskanku dari segala tuntutan jaksa.Aku senang bukan kepalang
    “Ternyata kau benar benar bisa diandalakan”Senyumku tersungging di bibirku
    “Siapa dulu,adrian!”katanya sambil menaikan keatas kerah bajunya
    “Baiklah,aku akan keluar dari sini,aku kekamar dulu”aku bangkit dari dudukku
    “Tapi,tukarlah bajumu dulu!”
    “Iya,tentu saja ,sejak kapan sih kau jadi cerewet seperti ini”
Dia tersenyum .Tanganya mengusap ngusap kepalaku.Aku tersenyum kecil sampai dia mengedipkan matanya kearahku.
                                         @@@