H4L4man™

Tuesday, February 7, 2012

Novel




       Bagian pertama
        Cinta Pertama
     

          Hari ini adalah minggu ketiga di bulan November. Bulan yang sempat kuragukan kehebatanya. Yang benar saja sudah dua minggu mentari seakan telah terkalahkan oleh sebuah dilema awan gelap akibat pergantian musim. Tapi ku rasa aku dapat kembali bersepeda yang telah berminggu minggu ngangur tampa tuan di sudut rumah. Kembali ku tatap mentari pagi di teras sambil mengikat simpul tali sepatu penuh noda. Hujan lebat bulan ini jujur telah membuat ku seakan sekarat untuk keluar ataupun sekedar melakukan aktifitas.
    Ini seperti nafas pertamaku di bulan November.Mentari cerah pagi ini seakan membawa senyum malaikat di mataku. Ku rasakan hangat tanganku menjalar keseluruh tubuhku lalu berdenyut di sela sela urat nadi. Aku seakan hidup kembali melihat mentari begitu bersemangat. Kembali ku kunyah sebuah roti tanpa selai di tangan kananku.
    Inilah yang namanya mungkin ya......... lebih pantasnya munkin yang disebut orang ke selera makan datang saat kau merasakan gairah makan ada di dalam jiwamu bukan di lidahmu . Kali ini aku tak usah lagi memuntahkannya. Roti ini biasanya bercita rasa hambar kini berubah menjadi rasa sebuah TUFFEL atau mungkin sebuah omelet yang di goreng sampai warna nya kuning keemasan.”Enak,benar enak tak di ragukan",kataku sambil mengangguk pada ibuku.
    Ku lihat jam tangan plastik telah menunjukan pukul 6:15 .Benar memang terlalu pagi tapi karna aku membawa sepeda ini aku harus berangkat lebih pagi .Takut takut nanti kendaraan mulai ramai. Jadi kesempatan ku untuk ngebut bisa bisa jadi sebuah malapetaka .
    Ibuku telah di sampingku.Tapi kakak laki laki ku sepertinya masih tidur di kamar depan. Jadi ku putuskan untuk berpamitan dengan ibuku saja pagi ini.
                                ***
    Ini adalah sekolah ku. Sebuah sekolah elit yang sebenarnya sangat bertentangan dengan keadaan ekonomi kami. Untung saja aku adalah seorang murid yang mendapatkan beasiswa  sejak pertama kali masuk sekolah ini.  Aku hanya membayar beberapa saja uang buku tapi segala apa iuran tidak di bebankan padaku. Tapi sayang nya rasanya aku telah salah memilih sekolah ini.
    Pagi ini ,lagi lagi dan selalu lagi lagi aku pasti berpapasan dengan sebuah mobil volvesilver yang isinya tak lain adalah seseorang ketua osis sok terhormat yang bernama yudha subhrata. Ku rasakan perasaan seakan dingin mentari pagi ini telah berubah seperti petir di pagi buta. Menyambar nyambar,perasaan ku tak karuan kembali ku kayuh sepedaku menuju gerbang yang sempat ku berhentikan sebentar ini. Aku berharap Tuhan tak mempertemukanku padanya pagi ini .Ya ..cukup pagi yang cerah. Aku berdoa pesimis.
    Ku kayuh sepedaku semakin lama semakin cepat tapi sial! Rantai sepadaku putus saking semangatnya. Aku terhenyak pikiranku tak bisa terfokus kali ini . Aku terpaksa menenteng sepedaku sampai keparkiran. Ku rasakan bulu kudukku meremang seperti terpengaruh oleh sebuah hawa buruk.Ternyata benar saat menatap ke belakang telah tampak seseorang bertubuh tinggi kira kira 178 cm tersenyum melihatku.Dia keluar dari mobilnya seperti orang mabuk ½ tahun.Dia menatapku heran.
    “Hei,Jani !kau butuh bantuanku?”Dia mendekat dengan kata katanya bodohnya.
    “Maaf,kak Yudha yang terhormat,tak usah”Aku nyengir
    “Oh,ternyata seorang murid beasisiwa masih menolak menerima bantuan,ingat kau hanya murid yang dibantu di sekolah ini”
Emosiku meledak saat dia merendahkan harga diriku.Ku akui aku benar benar tak terkendali. Ku mulai dengan kata kata seperti hasutan tapi aku juga tak tahu  di mana asalnya.
    “Yudha,serasa aku bodoh mengenalmu,tapi juga perlu kau ingat aku di sini memang murid beasiswa,dan ku tahu aku tak punya hak di sini,tapi aku disini bukan lah diundang karna uang orang tuaku,seharusnya kau tahu siapa kau”Kataku sedikit kejam dan aku pun beranjak meninggalkanya.
    Benar benar membuat emosi terkuras oleh kisah tak penting ini. Tapi bukan Yudha saja yang membuatku tak betah sekolah di sini,selain itu ada murid murid yang selalu merendahkanku,yang menganggapu sebagai itik buruk rupa dan segala hal bodoh yang telah ku anggap tak penting dalam kisah perjalanan hidupku.
    Ku tinggalkan  mulai melangkahkan kaki pada sebuah gedung kelas yang di sudut atas terletak kata kata kelas 1 A . Sebuah kelas dengan semua media yang di milikinya. Sebuah komputer beserta perlengkapanya dan sebuah infokus  yang bersandar pada sebuah dinding. Letaknya di depan kelas yang jauh dari tempat duduku paling belakang. Isi kelas ini hanya 21 orang yang telah dianggap sebagai siswa unggulan.
    Aku berjalan ke belakang menunduk. Sebenarnya tak ada yang membuat kelas ini begitu menarik buatku. Entah mengapa aku benci mereka semua. Mereka semua adalah murid unggulan tapi selalu bersikap seakan akan mereka tak berperikemanusian. Atau mungkin murid dengan mereka memang selalu melecehkanku,atau lebih pantas di bilang kalau mereka tak pernah menginginkanku. Hampir semua murid di kelas ini adalah anak gedongan alias anak kolongmerat semua hanya sedikit saja yang senasip denganku alias anak kolongmelarat. Dan itupun telah banyak mengundurkan diri atau mencari sekolah yang sebenarnya tak di inginkan orang tua mereka.
    Akhirnya sampai lah aku pada sebuah pemberhentian terakhir .Yang menurut ku adalah tempat yang nyaman ,tidak madsudku tempat yang paling terkendali dari segala pengaruh luar yang tidak menguntungkanku. Kumulai meletakkan sebuah tas penuh jahitan bekas sobekan yang tak mengandung nilai seni ini.Aku berharap aku dapat duduk di bangku yang hanya aku di sudut belakang karna hanya aku murid yang terasing disini.Sebenarnya ada sebuah banku di sebelahku tapi sayang tak berpenghuni.Tapi ini adalah suatu berkah buatku ,suatu berkah agar aku tak menarik perhatian murid murid lain saat proses ngajar belajar dimulai.Biarkanlah mereka sibuk dengan urusan mereka saja itu lebih baik yang penting akuharus bertahan sebisa ku di sekolah ini.
                                ***
    Bel sekolah telah berbunyi.Aku masih santai santai saja duduk di bangku kesayanganku sambil membaca dan membolak balik sebuah buku perpustakaan yang dipinjamkan selama 1 tahun sebagai jatah siswa baru di sekolah ini.Aku senang mereka kali ini tak memperhatikanku.Ataupun sekedar melirikku.Ku rasa mereka telah sibuk dengan aktifitas terbaru mereka yaitu bagi yang cewek cewek paling ngerumpi bolak balik ke kelas lain atau bagi cowok mungkin berkelana mencari cinta sambil mencari perhatian duduk di bangku teras gedung tingkat 2 ini.
    Akhirnya pak Susno datang .Kulihat langkah kakinya membuat siswa ataupun siswi terbirit birit duduk di kursi mereka.Mereka seketika duduk dengan rapi.Tak ada satupun murid berani lagi berkelana di luar area kelas ini.Entah apa yang di pikirkan mereka kali ini entahlah kurasa mereka hanya butuh mempersiapkan diri utuk remedial kali ini.
    Semua mata terpana,kali ini pak guru yang terkenal pemarah seakan membawa seorang malaikat. Raut muka pak Susno tak lagi menunjukan seperti akan memaki kami lagi.Seakan ada seorang embun penyejuk di kelas kami.
    “Edward perkenalkan lah dirimu”kata pak Susno ramah
Siswa itu mengangguk lalu dimulailah perkenalan diri
    ”Selamat pagi, nama saya Edward Bratayudha,saya siswa pindahan dari Surabaya,semoga teman teman dapat menerima saya dengan baik”
Mata siswi dikelasku berkedip kedip ,dasar penyakit lama nya kambuh,norak,aneh munkin itu hanya persepsiku saja tapi mungkin yang dianggap mereka wajar wajar saja .Aku sedikit melamun.
    “Jani,Edward duduk di sampingmu”pak Susno memanggilku tapi  aku masih melamun.
    “Jani,Rinjani”pak Susno sedikit mempertinggi nada suaranya
Aku terkejut dan terhenyak
    “Ya,iya Pak”
    “Bagus,edward duduk lah di sebelah Rinjani.
Semua mata melotot padaku tapi aku balas dengan tatapan sinis,kelas mulai ribut,aktifitas membolak balik buku untuk remedi seakan terhenti memperhatikanku.Tetapi ada seseorang yang ku anggap musuh bernama Siska menatapku penuh dendam.Tapi entah lah ntah apa yang didendamkannya.
    “Baiklah ,baca buku kalian 10 menit lagi kita adakan remedial”
Murid yang remedi kelihatan sangat kecewa.Mereka buru buru membuka buku cetak atau catatan dan langsung membacanya.Tapi ada juga sebagian lain yang berusaha menyalin ringkas untuk jimat yang akan mereka pakai untuk remedial nanti.Aku tersenyum kecut namanya saja kelas unggulan tapi masih curang.
    Cowok itu duduk di sampingku .Aku menatapnya sopan,dia malah balik menatapku dengan senyumanya yang sebenarnya sangat menggodaku.Ku rasakan jantungku mulai bergetar hebat,aku menunduk sambil memperhatikan buku fisika lalu tak memperhatikanya beberapa saat. Aromanya menusuk hidungku.Dia begitu harum aku bingung ntah parfum apa yang di pakainya saat ini.Aku seakan dapat menari di dalam aromanya
    “Jani,namamu Jani”suara itu begitu lembut seperti alunan musik surga
    “Iya,aku Jani,Rinjani”kataku malu
    “Aku Edward,apakah kau remedi biologi saat ini”Dia menyodorkan tanganya untuk menyalamiku.
    “Ti,tidak”lidahku terpatah patah
    “Oh ,kalau begitu,apakah kau mau menemani ku keliling sekolah saat orang remedi biologi”
Dia menawarkan aku menjadi jasa seperti tour guidenya,aku senang ini adalah cowok pertama yang menanggapku seperti ada di sekolah ini.
     “Maaf,ku rasa aku tak bisa,sepertinya pak Susno akan memintaku untuk membantunya saat ini,ya biasanya seperti ini”aku berkilah dengan tawaku yang di paksakan
    “Baiklah”katanya sedikit kecewa
Pak susno mulai mengeluarkan soal soal mautnya karena soal tersebut memang sangat sulit dan sangat detail.Tapi untunglah aku tak perlu mempedulikan soal tersebut.Aku sekarang hanya sibuk dengan beberapa pertanyaan Edward yang masih mengeluti di pikiranku.
    “Jani”
    “Iya pak”
    “Antarkan ini ke meja guru”
Pak susno menyerahkan beberapa file filenya tapi map mapnya tebal nya bukan main.Aku merasa aku harus bolak balik mengantarnya .Tapi sepertinya pak Susno mengerti keluhanku,untunglah dan dia memanggil 1 siswa lainya.
    “Edward,bantulah Jani mengangkat file file ini”Katanya ramah
Edward yag hanya duduk manis sambil memutar pena terhenyak .Lalu semua mata tertuju padanya
    “Iya,pak”
Edward mulai berjalan laksana seorang coverboy yang sedang berjalan pada sebuah catwalk peragaan busana.Anggun,bukan... berkelas.Jalanya sempurna.Tak ada cacat sedikit pun yang tentu sangat berbeda sekali dengan jalanku yang masih seperti jalan anak bebek yang langkah kaki ngelantur kian kemari.   
    Aku mulai keluar kelas dan diikuti 10 murid lain yang nasibnya baik yang telah lolos dari ujian yang susahnya bukan main.Memang ini adalah keahlian pak Susno untuk ujian pertama tentang seluk beluk biologi sudah membuat muridnya benar benar kalang kabut.Soalnya berjumlah 70,lima puluh soal pilihan ganda dan 15 isian dan 5 buah esay .Bobot paling tinggi terletak pada soal essay dengan bobot 20 .Tapi di sinilah nilai siswa banyak yang anjlok karena pak Susno merasa jawaban anak anak kebanyakan tak berbobot.
    Edward mengikuti ku dari belakang ,siswi lain sepertinya lebih acuh tak acuh padaku tapi sangat tertarik pada sosok si tampan Edward.Tapi murid laki laki hanya tersenyum sinis saat Edward menyapanya.Munkin inilah pengajaran hidup sebagaimana kata orang bijak roda kehidupan akan selalu berputar.ya..begitulah nasip anak cowok lainnya terlebih ji hoo si ketua kelas yang sebelumnya dianggap paling tampan di kelas ini.
    Aku menuruni anak tangga dan tentunya Edward mengikuti dari belakang.Aku sangat kesusahan karna file ini terlalu berat untuk ku bawa turun dengan cepat.Aku berjalan dengan terbata bata.Tapi ntah sial apa yang mengikutiku pagi ini .Aku terpeleset dianak tangga .Tapi dengan cepat seseorang di belakangku merangkuhku,memegang tanganku.Sekarang ku mulai rasakan tanganya menyentuh lenganku yang di tutupi lengan seragamku.Darahku berdenyut .Aku rasa nya seperti akan melayang.Tapi aku seakan terhempas.Tapi dia seakan buru buru menangkapku.Menyentuh pundakku dan menahanku dengan ototnya yang kekar.
Aku rasakan tatapanya ,wajahnya tak jauh dari muka ku ,sangat dekat hanya beberapa senti saja.Matanya menatap sangat lekat ke mataku bola matanya yang kecoklatan tak pernah berpaling dari padaku.Aku bingung ada apa ini?mengapa ini?Kurasa aku telah kehilangan akal sehat.
    Cepat cepat aku membuyarkan semuanya.Ku coba berdiri dengan kembali jongkok untuk mengemasi file file yang berjatuhan.Aku seakan di hipnotis  beberapa detik ini,berusaha ku bangkitkan kesadaranku.Tiba-tiba dia depan juga jongkok dan seakan memanggilku.
    “Boleh aku bantu”Katanya lembut
    “Ti,tidak biar aku saja’’Ucapku berbasa basi
    “Ayo,jangan sungkan”
Dia mulai merapikan file-file ,mengemasi nya tapi aku hanya melongo memperhatikanya.Ku perhatikan rambutnya ,rambutnya berwarna kecoklatan.Mungkin pengaruh pigmen yang juga mempengaruhi rasnya.
    “Jani,ini”Dia tersenyum dengan file file yang telah dikumpulkanya
    “Te..terimakasih”Ucapku
Aku pun bangkit dan dia pun segera bangkit lalu aku kembali berjalan menyusuri ruang guru yang letaknya pas di bawah gedung ini.Di tingkat satu yang tak munkin kulupakan karena aku telah berpengalaman bolak balik di sini.Pertama ku lihat bu Susi guru sejarah dan kusapa hangat.
    “Pagi,Bu!”
    “Pagi,Jani,kau bawa teman ke sini,siapa dia?Ibu rasa dia murid baru di sini”
    “Iya Bu,ini Edward”
Edward menyalami tangan bu susi .sepertinya Bu Susi sangat suka kepadanya .
    “Baiklah,ini dari pak Susno kan ,letakkan saja ke meja pak Susno”Ucap Ibu Susi ramah
    “Iya ,Buk”
Aku dan Edward masuk ke ruang guru. Meja pak Susno tak jauh dari pintu depan .Meja pak kusno memang sangat berantakan jadi ku putuskan saja meletaknya di bawah kursi pak Susno yang kosong.Dan akhirnya aku minta izin pada ibu Susi untuk berpamitan.
                                ***
    Aku berjalan ingin menaiki tangga .Tapi seseorang di belakangku memanggilku
    “Jani,bukankah kau berjanji mengantarkanku keliling sekolah “Katanya bersemangat.
    “A...”aku melongo
    Tapi segera aku menjawabnya”Iya ,baiklah”aku segera menuruni satu anak tangga .Dan aku mulai berbalik dan berjalan ke kiri yaitu kelas 1B begitu terus sampai kelas 1F.
    Perjalanan kami membisu .Tak ada satupun yang terlontar di mulutku. Sebenarnya aku sadar dia di belakangku tapi aku terlalu malu mengajaknya berjalan di sampingku.
    “Jani”katanya pelan membuat aku berhenti meneruskan langkahku.
    “Bolehkah aku berjalan di sampingmu,jalanmu sangat cepat aku sulit menyusulmu”Dia memberitahuku.
    “Iya”kataku ragu sekaligus malu.
Sekarang malaikat tampan telah berjalan di sampingku.Tapi aneh kurasakan sensasinya luar biasa.Beda sekali jika aku berjalan dengan kakak lelakiku yang bernama Adrian.Aku akui kakak ku yang tampan itu banyak penggemarnya termasuk teman satu sekolahku Vero.Tapi saat berjalan di samping Edward rasanya jantungku mempunyai getaran aneh.Ku pikir mungkin hanya perasaan kagum saja.
    Aku telah melewati kantin.Tapi tak beberapa orang yang berjalan di sana hanya ada sekelompok siswa maupun siswi yang cabut atau bolos di jam pelajaran.Tapi siswa yang kebanyakan aku lihat adalah anak kelas 2 ipa D.aku rasa mereka sedang belajar dengan ibu Fatma yang menurut mereka guru itu sedikit error atau istilah kerenya mesin rusak.Tapi apalah sebenarnya tak perlu ku pikirkan.
    Sebenarnya perjalanan kami sedikit tersendat sendat oleh sedikit banyaknya siswi yang ingin berkenalan dengan Edward.Tapi tak terlalu ku pedulikan .Tak ku beranikan  diri ku untuk jalan beriringan dan kupercepat langkahku.Sampai pada akhirnya Edward juga mengejarku dari belakang.  
    Kami melanjutkan ke kelas 2 ipa A yang masih belajar.Maklum saja ini masih jam pelajaran.Jadi tak ada aktifitas yang terlalu mencolok .Dan aku terkejut saat berada di kelas 2 ipa C.Kelas ipa yang isinya paling ku kenal anak terkolongmerat dari beberapa kolongmerat.Dan yang paling terkenal kalau bukan si Yudha.
    Sebenarnya aku sangat takut berjalan di kelas ini aku merasakan ada sesuatu yang tidak beres di sini ,kutatap jalan tak pernah melengah sekali pun.Edward pun seperti tak mempedulikanku. Dia hanya asik memperhatikan sekelilingnya.Tak lebih dari itu.Dan inilah saat nya pintu yang tebuka lebar ,didepan sana duduk seorang guru yang bernama ibu Aminah.Dan paling sudut depan duduk seorang ketua kelas sekaligus ketua osis yang merupakan manusia setengah siluman pikirku.
    Sekarang Edward menatapku ragu.Ku tahu dia memperhatikanku.Aku hanya berjalan menunduk .Aku takut jika seisi kelas menertawakanku .Kelas ini nomor 1 bandel tiada tandingannya.Namanya saja kelas ipa tapi sebenarnya mereka disini karena para orang tua mereka yang berduit.Itulah persepsiku.
    Inilah saatnya ku percepat jalanku.Aku tatap mata edward ,lalu aku berbisik kita lari .Edward mengikuti saranku ,tapi anehnya Edward memegang tanganku seperti seorang anak yang takut di tinggal ibunya tapi tak terlalu ku pedulikan itu.Yang penting semakin jauh aku pergi maka semakin jauh pula kesialan yang akan menderaku.
     Nafasku kembang kempis,aku berhenti pada pembehentian terakhir yang kurang 10 meter lagi ke kelasku tentunya setelah melewati perbelokan ini.Aku seperti orang ke habisan akal,atau mungkin kehilangan urat malu karena suatu urusan mendadak.Tapi tak ku ingat apa apa dan Edward pun melepaskan genggamannya dari tanganku dan aku pun memperhatikanya
    “Maaf”katanya dan aku tahu apa madsudnya
    “O...iya”
    “Jani,apa kau ini pelari mengapa larimu bisa secepat itu”Dia masih terengah-engah.
    “Tentu saja tidak,ya tidak! kalau pelari amatiran, mungkin!”
    “Amatiran?”
    “Ya,tentu saja!Ayo kita kekelas”Ku berusaha mengalihkan pembicaraan.
Aku berbalik .
    “Jani tunggu,hapuslah keringatmu dulu”
Aku kembali berhadapan denganya .
    “Ya ,Terima kasih”Aku mengambil sapu tangan yang di sodorkanya padaku.
Aku mulai menghapus keringatku,terlebih di atas keningku,sekarang ku sadar keringatku bercucuran dan berapa luasnya sekolah ini.Sejak tadi aku padahal telah mengambil jalan pintas dan tentunya lebih lengang supaya tak terjadi gossip atau biang-biang masalah lainnya .
    “Makasih”Aku menyodorkan sapu tangan kepadanya dan beranjak akan meninggalkanya.
    “Tunggu,kau meninggalkan sesuatu!”
Aku kembali berbalik.
    “Apa”
    “Terima kasih untuk hari ini”
    “Hari ini?ku rasa aku tak berbuat apa-apa untukmu”
    “Atas jalan-jalannya “Katanya riang
    Aku tersenyum “Ayo kita ke kelas”
Dia mendahului ku tanda setuju.
                                ***

    Sampai di kelas ,hari hariku berjalan seperti biasanya ,tak ada yag menonjol sejak Edward pulang lebih dahulu dari tadi.Katanya ada urusan keluarga yang mengharuskanya untuk pulang.Aku tak terlalu mempedulikanya sampai jam bel pulang berbunyi.
       “Sial,hujan”Aku bergegas keluar dari kelas setelah pelajaran  Bu Susi selesai.
    Langkahku pasti,seperti sopir angkot kejar setoran.Aku berlari di jenjang menerobos murid lain yang juga inginpulang.Beberapa lainya memperhatikanku dengan sinis tapi yang lain tampaknya lebih acuh tak acuh. Aku easy going saja kalau telah  terbiasa ya....  tak terlalu membuat mental ku ciut.
    Akhirnya sampai juga pada lantai dasar tapi hujan semakin lebat terpaksa aku harus menunggu sangat lebat.aku benci ini.
    “Rinjani,kau butuh bantuanku”Suara itu datag tepat di sebelahku
    “Kau,apa maumu?apa kau ingin ku pukuli,kalau tidak jangan ganggu aku sekarang”Kataku berteriak
    Semua siswa yang menunggu sepertiku memperhatikanku.Tapi raut muka mereka seperti tak percaya.
    Salah satu suara itu datang dari seseorang murid yang kukenali .Berambut ikal sebahu,dengan gaya yang menurutku sangat mencolok,berbibir seksi,tubuhnya 5 kaki lebih 12 senti,kalau kata katanya tak berbobot dan tak berkualitas tapi yang paling ku benci darinya gaya sumringahnya.
    “Rinjani,berani sekali kau melawan kak Yudha ,apa kau tahu dia siapa”Siska menatapku
    Yudha yang tahu dia di bela, hanya diam saja.
    Aku diam .Sebenarnya aku tak punya nyali untuk melawanya .Tapi yang ku pikirkan adalah bagaimana  aku pergi darinya.
    “Rinjani,kita pergi”Yudha membuka suara
    “Apa?”
Tak sempat aku bertanya .Dia menggemgam lenganku.Dan membawaku pergi dari tempat itu.
                                ***
    “Rinjani,masuklah”Dia membukakan pintu mobil .
    “Kau mau membawaku kemana,aku bisa pulang sendiri kau kira aku tak punya kaki”
    “Dasar bodoh,apa kau mau berjalan saat hujan selebat ini”
    “Tapi aku bisa menunggu nya ,kau kira aku akan mati karna hujan”
    “Masuk saja”kali ini mendorongku masuk kedalam sampai aku terduduk di kursi kanan depan
Dengan cepat dia menutup pintu.Lalu dia membuka pintu kiri dan di bawa nya mobil itu dengan cepat.
    “yuda,kau mau membawaku kemana?”
    “Apa kau takut?”
    “Tentu saja tidak ,tapi jika aku tersesat bagaimana”
    “Tenang saja,aku lebih berpengalaman dari padamu”
    “Ayo kau ingin membawaku kemana”
Dengan cepat dia membelokan mobilnya pada jalanan gang rumahku.Akhirnya kicauanku berhenti.
    “Rinjani,siapa pria yang didekatmu tadi?”Dia geram
    “Ada apa denganmu ,aku tak mengerti madsudmu,sejak kapan kau mempedulikan urusanku?”
    “Rinjani,jawab aku!”
    “Apa maumu,belum puaskah kau menghancurkan hidupku di sekolah ,sekarang kau mau menghancurkan hidup nya kah?”
    “Apa madsudmu?”
    “Diam,jangan berpura pura tak mengerti!”
    “Jadi selama ini kau berpikir aku menghancurkan hidupmu kah?apa kau berpikir kalau akulah yang mempunyai madsud sekejam itu”Air mata nya menetes.
    “Jangan sok suci !Aku tahu siapa kau,aku telah menganggapmu musuhku tak lebih jadi jangan berlagak malaikat didepanku”
    “Kau tahu kau telah melupakan sesuatu Rinjani”
    “jadi kau ingin aku mengingat diriku Rnjani,aku bukan lah Anjani kau mengerti,dan aku ingin ini adalah terakhir kalinya kau memanggilku Anjani,aku benci dengan segala yang berhubungan dengan Anjani termasuk kau”
    Dia masih tetap saja meteteskan benih kristal cair dimatanya.
    “Bagaimana dengan ini ,kau ingat”Dia memberikan foto masa kecilnya dengan seseorang bocah yang dia anggap itu adalah aku.
    “Tidak ,aku muak dengan semua ini”Aku membuka pintu mobilnya dan ku lihat dia menekur dan membiarkan ku pergi begitu saja.
                                ***
    Malamnya selesai menolong ibuku berjualan dilapaknya aku duduk disebuah kursi tua membuka buku Bahasa Indonesia.Aku mendengar suara derikan pintu dari luar dan kutahu pasti kak Adrian lah yang membukanya .Aku memperhatikan kakak ku dan tersenyum melihatnya.
    “Kakak,belum tidurkah?”
    “Belum,apa yang sedang adikku kerjakan”Katanya dengan nada bercanda.
    “Tidak,aku tak mengerjakan apa-apa.kakak tak belajar?”sambil menutup buku itu.
    “Aku bosan,Apa kau ingin melakukan sesuatu malam ini”
    “Tentu,apa hari ini gelap kalau tidak aku ingin ke luar untuk melihat bintang dilangit”
    “dasar anak ingusan ,telah besar hobinya masih seperti anak anak,Ayo keluar!" kakak menyentuh kepalaku.
    Aku mengikuti kakak dari belakang dan mengendap ngendap agar ibuku yang terlelap tak mengetahuinya.
    Halaman belakang  rumah kami,adalah sebuah tempat yang paling mengesankan buatku.Walaupun jaraknya cukup jauh dari pusat kota tapi menurutku ini  adalah tempat yang dapat memaknai arti kehidupan.Diluar sana terbentang sebuah padang rumput dengan rumput kering jika kemarau atau malah subur pada musim penghujan pada saat sekarang ini.
    “Jani,apa kau punya masalah,mengapa malam malam begini kau mengajakku melihat bintang”
    “Menurut kakak bagaimana”
    “Menurut aku iya,apa kau bertemu dengan orang gila di emperan jalan lagi”
    “Menurutku aku bertemu dengan oang yang membuat ku benar-benar gila kali ini”
    “Gila?madsudmu,ada orang yang membuatmu tergila gila?”
    “Bukan kali ini dua kata yang terpisah,aku yang tergila gila  dan seseorang yang ku anggap benar benar gila”
    “Berarti dugaan ku  benar,berarti besok pagi rinjani harus memberikan ku hadiah”
    “Hadiah?madsudmu?”
    “Kau masih ingat pasal 13 dalam permainan tela tekiku”
    “Tidak aku tak mau lagi bermain teka teki itu lagi,tapi yang sekarang bukan teka teki tapi hanya pendapat “
    Setelah bahasa kakakku tadi aku diam ,untunglah perang antar dua kubi kini tak lagi pecah.Aku akui aku ini orang nya seperti meriam yang di letakkan di benteng.Emosi ku mudah meledak walaupun di pancing dengan hal-hal sepele sekalipun .
                                ***
    Malam ini aku bisa sedikit melepaskan semuanya ,rasa kesal ,kagum atau mungkin ini yang di sebut dengan cinta .Aku pikir biarlah angin larut malam yang membawanya bersama badai di pesisir.Aku nyaman dengan angin bahkan beberapa lukisan bintang yang bertaburan abstrak yang formasinya sulit ku tebak.aku  perhatikan Adrian sangat asik memainkan rumput basah liar yang sebenarnya masih hijau.
    “Kak,apa yang terpikir kan olehmu tentang bintang”
    “Kalau aku mengingat itu ,aku mengingat mu!“
    “Mengingatku,dasar bodoh,pemikiran mu itu simpel dan bodoh sekali,mana bisa kau mengingatku saat melihat bintang ,aku dan bintang tentu sangat jauh sekali”
    "Ntah lah ,mengapa aku bisa berfikir begitu,ya sudah aku salah!”
    “Bagus ,kau mengalah juga ,sekarang giliranmu yang menanyakan nya padaku!”
    “Tidak ,aku tidak mau!”Kepalanya menggeleng dengan tanganya yang masih tertopang.
    “Ayo tanyakan ,atau besok kau akan...”Aku mengancam.
    “Akan apa?”
    “Tidak ,tidak apa apa “
Aku kehabisan kata kata. Kalau di ancam dengan kata apapun menurutku tidak mempan lagi untuk Adrian.
    “Kakak,aku masuk dulu ,kau tdak seru ,menyebalkan,dasar bodoh”Aku bangkit dari duduk ku.
    “Apa?kau yang bodoh,bukan Aku?”
Adrian berusaha mendahului langkahku.Tapi aku menghalang halanginya .Ku pikir ini seru,sangat seru malahan jalanan sempit pintu belakang membuatku dapat mempersempit jalan dengan mudah .Adrian tak mau kalah .Tubuhnya yang tinggi membuatku seakan begitu pendek ,tapi aku tak mau kalah ,ku pasang tampang sinis menatapnya.
    “Apa lagi?”kataku
    “Apanya yang apa lagi”Katanya tanpa muka bersalah
Adrian tersenyum licik,menatapku jauh lebih dalam dari tatapan edward tadi siang.Tapi ku tatap dia dengan tatapan malah lebih dari menjengkelkan.Tapi senyumnya mengambang tertarik dari bibirnya yang tipis.Matanya seakan mempelototiku.Matanya yang bulat bersinar,wajahnya yang tirus lengkung memancarkan sinar merah seperti orang yang jatuh cinta.Tak seperti biasanya.
    “Kakak,jangan tersenyum lagi!”
    “Kau terpesona kah?”
    “Terpesona?kau tak sesuai dengan tipeku,dan sekarang berhentilah tersenyum”
Aku berjalan menjauhi adrian tapi langkah kakinya tepat di belakangku.Ku buka pintu kamar.Tapi Adrian malah masuk duluan.
    “Sekarang apa lagi”
    “Kau ini,sampai kapan kau akan berubah jadi dewasa,masih seperti dulu,lukisan di dinding mu masih bergambarkan spongebob squarepands,dan ini apa ini”dia menunjuk ke tokoh kartun kesayangan ku;doraemon
    “Kak,sejak kapan kau mempedulikan ini,kalau tak punya urusan lagi lebih baik keluar atau aku akan memukulmu dengan raket pembasmi serangga biar kau masuk UGD malam ini juga”ancamku
    “Coba saja,Rinjani kau masih seperti anak TK ,aku tak pernah berfikir kapan adikku ini bisa jatuh cinta ,atau tertarik dengan lelaki”
    “Kakak,inilah saatnya ,aku baru ingat apa yang ingin ku katakan akhirnya kau mengatakan itu juga padaku”
    “Soal jatuh cintakah?”katanya dengan mimik penasaran.
    “Mungkin,kali ini soal laki laki,tapi kau harus jawab dulu pertanyaanku apakah kau bisa menjadi guru  konsultasi ku soal cinta”
    “Tergantung...”Katanya ragu ragu
    “Iya atau tidak,kalau tidak nggak jadi”Kataku sedikit membangkang
    “iya ,pelankan dulu suaramu,atau kau ingin ibu memukul kita sampai kau dan aku membiru”
Dia menutup mulutku dengan pelan dengan tanganya yang hangat.Dan melepaskanya saat aku mulai menatapnya jengkel.
    “Soal cinta ,apa kau jatuh cinta”katanya pelan
    “Iya,begitulah yang kurasakan”
    “Apa kau merasakan jantungmu berdetak ketika didekatnya atau merasakan pipimu memerah saat menatapnya”Katanya mengangkat alis mata penasaran.
    “Iya,Apa itu cinta?”
    “Benar kau jatuh cinta,tapi pada siapa?”matanya terkejam pelan
                                ***

    Suara tarikan pintu,mengoyakan tatapan Adrian yang penasaran.Pandangan kami tertuju pada sebuah sosok yang telah tua yang sangat kami takuti.kalau di ibaratkan di rumah ini ada nyonya besar yang menerapkan tepatnya 50 peraturan berbelit belit diantaranya larangan berkelana malam hari ke kamar siapa pun juga.Itu artinya kami telah melanggar salah satu peraturan.Wajahku memucat,Adrian menggenggam tangan kananku.Aku tak tahu apalagi yang harus aku lakukan.
    “Rinjani ,Adrian ,keluar dari kamar ini segera”Wanita itu memperkeras nada suaranya .
    Aku dan Adrian keluar dengan menunduk tak ada satu kata pun terucap dari mulut kami .Aku masih mengikuti alur pergerakan ibu kami yang mengawal dari belakang.Dan inilah saatnya.Sebuah kamar mandi 4x2 berlantai ubin tua dengan sebuah bak besar yang menghubungkan sisinya.aku dan adrian disuruh duduk jongkok menghadap bak besar itu
    “Sekarang mau di ulangi lagi”Katanya berang dengan menyiramkan air dingin keatas kepala kami
    “Tidak”kata adrian pelan
Aku membangkang.
    ”Ibu,aku tak setuju dengan peraturan yang itu ,apa salahnya jika bertandang ke kamar saudara jika malam hari,lagi pula Adrian adalah kakak ku,mengapa kau membuat peraturan yang tidak berdasar seperti itu”
Munkin karna tahu aku membangkang ,ibuku semakin menyiramku dengan air dingin sampai badanku semua seakan membeku seperti es.
    “Dasar anak bodoh,tidak boleh ya tidak boleh,kau tau aturan tidak sih?”
    “Aku tak menyetujuinya"
    “Rinjani ,sudahlah!”Bisik Adrian pelan ke telinga ku
    Wanita itu seakan membaca lagak suara Adrian.
    “Ada  lagi?”
    “Ada,hentikan ini sekarang,kau tak perlu memperlakukan ku seperti ini”
    Laksana meriam di bakar berpeluru ,wanita itu menarikku membawaku ke luar dengan kasar.lenganku di tarik kasar.Dan melepaskanku tepat didepan gudang.Di bukanya pintu ditariknya aku pelan pelan.Terhempaslah aku pada barang rongsokan bekas dan beruntungnya aku terduduk diatas kasur kapuk bekas.
    Dengan cepat ,tertutuplah pintu gudang dan kuncinya kudengar telah berputar putar sekian derajat yang artinya aku akan abadi di sini sampai pagi menjelang. Aku menggigil. Untung saja gudang ini tidak gelap karena ada cahaya lampu lima watt yang meneranginya.Jadi aku tak perlu meraung raung  atau meronta ronta seperti anak kecil ke habisan permen.Sekurang kurangnya itu adalah sedikit keberuntungan yang terletak di  tengah tengah kesialan.
    “Sial” ,besitku perlahan,kupengangi bajuku erat erat.Bajuku basah semua,malam ini ternyata cukup dingin untuk berselimut dalam kelembapan.Aku menggigil.Gigiku menggeretak semakin lama frekuensinya semakin cepat.Hawa dingin serasa menjalar keseluruh tubuhku.Kali ini tak ada satupun yang bisa aku lakukan.
                                ***
    “Rinjani,apa kau di dalam?"
Telingaku masih dapat mendengar ketukan pintu .Aku mengenali logat suara itu.Ku mulai beranjak.
    “Iya,aku masih di dalam”
    “Tenang lah di situ ,aku akan cari pertolongan untukmu!”
Dengan seketika suara itu lenyap dan berubah dengan langkah kaki pelan beranjak meninggalkan gudang.Aku termanggu,ntah apa yang akan dilakukanya kali ini.
    Tak lama langkah itu akhirnya kembali dengan suara ayunan kunci yang getaran logamnya terdengar sampai ke dalam.Aku kuatir apa yang tengah dilakukannya.
Dengan seketika logam itu mengait anak kunci yang telah terpasang.Nafasku pelan ,aku sepertinya akan selamat.Tak lama kemudian pintu terbuka lebar.
    “Jani,maafkan aku,jika aku tidak masuk kekamarmu ini tidak akan terjadi”katanya pelan
Dia merangkuhku yang duduk pasi dengan kedua tanganku yang masih memegangi kedua lenganku.Tubuhnya yang tegap kekar memelukkku erat.Aku sempat kehabisan nafas saking eratnya pelukannya .Sampai akhirnya aku beranjak melepaskanya.
    “Kakak,aku tidak apa apa,jadi tak perlu minta maaf atau memelukku seerat itu”Kataku sambil mengulum bibirku yang menggigil kedinginan.
    “Apa benar?Badanmu dingin Rinjani,apa kau menggigil?”Nada suaranya cemas
    “Tidak,sudahlah !Tinggalkan aku ,aku bisa mengurus diriku sediri,jadi tak usah kuatir atau mencemaskanku”
    “Ku mohon kali ini saja kau dengarkan ucapanku,cukup 1 kali ini saja,ku tahu kau kesal padaku karna seharusnya aku yang seperti ini bukan kau!”
    “Adrian,jangan bertingkah seperti orang bodoh lagi ,ini bukan salahmu sama sekali bukan salahmu!kau mengerti?ini adalah kemauanku  karna aku benci kalau ibu selalu memperlakukan aku seperti ini”
    “Tidak,yang penting aku harus mengeluarkan kau dari sini bagaimanapun caranya”Katanya mempertahankan argumennya.
    “Coba saja,kalau kau bisa ,aku tak yakin kau bisa,yang kau bisa hanya berdiam diri hanya menerima takdirmu,kau tak akanpernah sekalipun membentak pada ibu walaupun kau telah di pukuli sampai badan mu membiru”
    "Kau benar ,tapi aku akan melakukanya kali ini!”alisnya terangkat ke atas
Dia beranjak dari posisi semula kini dia telah tiba di sejajar kunsen pintu.Dia melanjutkan langkahnya setelah itu aku tak tahu kemana dia pergi.
                            ***
    “Selesai,ayo keluar ganti bajumu,dan tidurlah di kamar mu”katanya dengan wajah tersenyum lebar
    “Selesai,benarkah,aku tak yakin mental kerupuk seperti mu bisa mengalahkan ibu”Kataku tak percaya.
    "Apa aku perlu ,menanyakan nya 1 kali lagi”katanya sumbringah.
    “Ayo tanyakan”kataku menantang.
Ternyata dia benar benar menanyakannya.dia berteriak dengan lantang .Dan pastinya suara yang di panggil menjawabnya dan menyatakan tanda setuju.Sekarang kakak telah menjelma menjadi pengacara yang membebaskanku dari segala tuntutan jaksa.Aku senang bukan kepalang
    “Ternyata kau benar benar bisa diandalakan”Senyumku tersungging di bibirku
    “Siapa dulu,adrian!”katanya sambil menaikan keatas kerah bajunya
    “Baiklah,aku akan keluar dari sini,aku kekamar dulu”aku bangkit dari dudukku
    “Tapi,tukarlah bajumu dulu!”
    “Iya,tentu saja ,sejak kapan sih kau jadi cerewet seperti ini”
Dia tersenyum .Tanganya mengusap ngusap kepalaku.Aku tersenyum kecil sampai dia mengedipkan matanya kearahku.
                                         @@@

3 comments: